film

Minggu, 26 Mei 2013

Ekosistem pertanian ( agroekosistem )

B.C.     Ekosistem pertanian ( agroekosistem )
Secara garis besar, biosfer tersusun atas dua jenis ekosistem, yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Berikut ini akan di uraikan jenis – jenis ekosistem:
a.       Ekositem darat
Ekosistem darat adalah ekositem yang  wilayahnya berupa daratan. Ekosistem darat pada wilayahnya luas mempunyai vegetasi dominan di sebut bioma. Penyebaran jenis – jenis bioma di pengaruhi oleh kondisi iklim. Adapun iklim suatu bioma do pengaruhi oleh letak geografisna, yaitu jarak suatu wilayah dari khatulistiwa ( lintang ) atau ketinggian dari permukaan laut. Berdasarkan letak geografisnya, bioma di kelompokkan menjadi beberapa bioma sebagai berikut :
1.      Gurun
Daerah gurun mempunyai tingkat kekeringan sangat tinggi. Gurun umumnya terdapat di daerah tropika, yaitu sekitar 20 – 30 ® lintang utara dan lintang selatan. Bioma gurun memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1) Tanahnya gersang
2) Curah hujan rendah ( kurang dari 25 cm per tahun )
3) Suhu pada siang hari dapat mencapai 45 ® C sehingga penguapan tinggi.
4) Suhu pada malam hari dapat mencapai 0 ® C.
Bioma gurun di dominasi oleh tumbuhan yang mampu ber adabtasi pada kondisi lingkungan yang kering, misalnya kaktus. Bentuk adaptasi tumbuhan tersebut, antara lain
                                                                        
memiliki lapisan lilin yang tebal, daunnya seperti duri, akarnya panjang, dan memiliki jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari biasanya bersembunyi di lubang – lubang untuk menghindari
panasnya cahaya matahari. Adapun hewan yang hidup di gurun antara lain : ular, unta, kadal, tikus dan serangga.
2.      Padang rumput
Padang rumput terdapat di daerah tropika sampai subtropika. Wilayah padang rumput, antara lain terdapat di amerika utara, rusia, dan afrika selatan. Di Indonesia, padang rumput pegunungan terdapat di Irian Jaya. Padang rumput mempunyai ciri – ciri yang berbeda dengan gurun. Berikut ini ciri – ciri bioma padang rumput :
1) Curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
2) Suhu rata – rata 18 – 30 ® C.
3) Peresapan air ( porositas ) tinggi dan aliran air ( drainase ) cepat.
Tunbuhan yang mendominasi bioma padang rumput meliputi rerumputan dan herba. Rumput yang di daerah kering berukuran pendek, sedangkan  rumput di daerah yang relatif basah, seperti di Amerika Utara berukuran tinggi – tinggi, bahkan ada yang mencapai 3 m. Hewan yang hidup di padang rumput, antara lain bison, zebra, sing, anjing liar, serigala, kelinci, serangga, tikus, kanguru, burung dan ular.
3.      Sabana
Sabana terdapat di daerah sekitar khatulistiwa. Bioma ini mirip dengan bioma padang rumput, namun curah hujannya lebih tinggi dari pada biom padang rumput, yaitu sekitar 90 – 150 cm per tahun. Tumbuhan yang mendominasi sabana berupa rumput dan pohon – pohon yang tumbuh menyebar,. Hewan yang hidup di sabana, antara lain gajah, jerapah, zebra, singa dan berbagai serangga.
4.      Hutan hujan tropis / hutan basah
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropika hingga subtropika. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan tinggi, yaitu 200 – 225 cm per tahun.
2) Suhu sepanjang hari rata – rata sekitr 25 ® C.
3) Kelembapannya sangat tinggi karena hanya sedikit cahaya matahari yang mencapai lantai hutan.
Tumbuhan yang hidup di hutan tropis sangat beraneka ragam. Tingginya mencapai 20 – 40 m dan berdaun lebat hingga membentuk tudung ( kanopi ). Tumbuhan yang hasdi bioma ini adalah liana dan epifit. Liana adalah kelompok tumbuhan yang hidup merambat, seperti rotan. Epifit adalah kelompok tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan tumbuhan yang di tempeli, seperti anggrek, liken, paku – pakuan, dan sirih – sirian. Adapun hewan yang hidup di hutan hujan tropis adalah kera, harimau, gajah, burung dan serangga.
5.      Hutan gugur
Hutan gugur terdapat di sekitar  daerah subtropika yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Selain itu, hutan gugur terdapat di daerah tropika. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
                                                           

1) Curah hujan sedang, yaitu 75 – 150 cm per tahun dan merata sepanjang tahun.
2) Mengalami empat musim, yaitu dingin, semi, panas, dan gugur.
3) Pohon menggugurkan daunnya pada musim dingin.
Tumbuhan yang hidup di hutan gugur, antara lain pinus, maple, elm, dan birkin. Adapun contoh hewan yang menghuni hutan gugur adalah rusa, musang, salamander, beruang, burung, rakun dan mamalia besar.
6.      Taiga
Taiga terdapat di daerah subtropika utara hingga kutub utara. Tiaga sering di sebut boreal atau hutan berdaun jarum ( konifer ). Berikut ciri -  ciri taiga :
1) Curah hujan antara 50 125 cm per tahun.
2) Musim dingin waktunya panjang, sedangkan musim panas waktunya pendek.
3) Suhu pada musim dingin sangat rendah.
4) Hujan turun hanya pada musim panas.
Berbagai macam tumbuhan yang hidup di taiga, meliputi pohon pinus, pohon cemara, pohon juniper ( juniperus ), spruces, betula ( birch ), dan alder ( alnus ). Pada musim panas, masa pertumbuhan tumbuhan hanya berlangsung antara 3 – 6 bulan. Adapun hewan yang hidup di bioma ini, antara lain rusa besar,  beruang hitam, tikus, tupai, burung gagak hitam dan serigala.
7.      Tundra
Tundra hanya terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di lingkungan kutub utara. Tundra di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tundra artik dan tundra alpen. Tundra artik terdapat di dekat kutub utara. Adapun tundra alpen terdapat di puncak – puncak gunung tingg, misalnya puncak gunung Jaya wijaya Irian Jaya. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan kurang dari 25 cm per tahun.
2) Ber iklim kutub dengan musim dingin yang panjang serta gelap.
Tumbuha yang hidup di tundra berupa tumbuhan semusim dan tumbuhan menahun. Tumbuhan semusim mempunyai masa pertumbuhan sangat pendek, warna bunganya mencolok, dan mampu ber adaptasi dengan musim dingin. Adapun tumbuhan menahun biasanya pendek seperti semak. Tumbuhan yang paling banyak di jumpai pada bioma ini adalah lumut dari jenis sphagnum dan liken. Hewan yang hidup menetap di tundra, meliputi serangga, burung, mamlia, serta herbivora besar, seperti musnox dan reider. Burung dan mamalia memiliki bulu yang tebal. Apabila musim dingin, bulunya menjadi putih.

           
b.      Ekositem perairan ( akuatik )
Lingkungan perairan ini sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan daratan dan memegang peranan dalam siklus materi kimia. Oleh karena itu, kita perlu memahami ekosistem perairan yang meliputi interaksi antara lingkungan perairan dengan organisme
                                                                       
yang hidup di dalamnya.
1.      Ekosistem air tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri – ciri, antara lain mempunyai kadar garam ( salinitas ) rendah, variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, serta di pengaruhi oleh iklim dan cuaca. Berbagai jenis ganggang dab beberapa jenis tumbuhan berbiji terdapat pada ekosistem ini. Adapun hewan yang terdapat dalam ekosistem air tawar sangat bervariasi, dari hewan tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Organisme – organisme yang hidup pada ekosistem air tawar mempunyai cara hidup yang berbeda – beda. Berdasarkan cara hidupnya, organisme air tawar dapat di bedakan menjadi lima, yaitu plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos.
a) Plankton merupakan organisme yang hidup melayang – layang dalam air dan bergerak mengikuti arus air atau naik turun tergantung dari intensitas cahaya. Plankton di bedakan menjadi 2, yaitu : filoplankton dan zooplankton. Filoplankton adalah plankton yang mampu menyintesis makanannya sendiri ( autotrof ), sedangkan zooplankton adalah plankton yang memiliki sifat – sifat seperti hewan ( heterotroph ).
b) Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak bebas secara aktif dalam perairan tanpa di pengaruhi lingkungan. Beberapa anggota nekton adalah ikan, cumi – cumi, dan Aurelia.
c) Neutson merupakan organisme yang hidup dengan cara mengapung atau berenang pada permukaan air, misalnya : serangga air.
d) Perifiton merupakan organisme yang hidup dengan cara melekat pada tumbuhan atau pada benda lain, misalnya keong.
e) Bentos merupakan organisme yang hidup dengan cara melekat ( sessil ) atau bergerak bebas dengan merangkak atau melata di dasar perairan. Anggota bentos antara lain cacing, remis dan udang.
Ekosistem air tawar di golongkan menjadi 2 macam, yaitu ekosistem air tawar lentik dan ekosistem lotik. Berikut akan di uraikan secara rinci mengenai penggolongan ekosistem air tawar.
a.       Ekosistem air tawar lentik ( ekosistem perairan menggenang )
Ekosistem air tawar lentik di cirikan dengan kondisi airnya yang tenang dan tidak ber arus. Contoh ekosistem ini adalah danau, kolam, rawa gambut dan rawa air tawar. Namun, pada bagian ini saya hanya mau membahas danau. Danau merupakan ekosistem air tawar yang mempunyai badan air menggenang dan luas. Danau  yang baru terbentuk umumnya terbentuk mengandung sedikit nutrient sehingga sedikit pula organisme yang hidup di dalamnya.
                                                                 
Danau ini di namakan danau oligotrofik. Secara bertahap nutrien masuk ke danau. Nutrien tersebut dapat berasal dari debu yang jatuh ke atmosfer serta nutrien yang terlarut dalam air sungai dan air hujan. Selain itu, nutrien yang masuk ke danau berasal dari limbah industri dan limbah pertanian. Penimbunan nutrien ini menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan danau sehingga danau berubah menjadi danau eutrofik. Eutrofikasi atau blooming adalah penimbunan senyawa – senyawa tertentu sehingga mempercepat pertumbuhan ganggang. Peningkatan populasi ganggang di sebabkan adanya zat makan yang tersedia melimpah. Apabila ganggang tersebut mati, tubuhnya di uraikan oleh pengurai. Pengurai tersebut membutuhkan banyak oksigen sehingga oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Akibatnya, organisme yang berada dalam air banyak yang mati.
b.      Ekosistem air tawar lotik ( ekosistem perairan mengalir )
Ekosistem air tawar loti mempunyai ciri airnya mengalir atau berarus. Organisme yang hidup pada ekosistem ini memiliki alat khusus yang di gunakan untuk menyesuaikan diri pada arus air. Hewan yang menghuni ekosistem air tawar lotik, antara lain ikan mujair, ikan tawes, ikan gurami, dan serangga air. Adapun contoh tumbuhan yang hidup di daerah ini adalah ganggang yang menempel pada akar tanaman dan batuan. Salah asatu contoh ekosistem air tawar lotik adalah sungai. Sungai mempunyai aliran ke satua arah    . Kondisi air sungai yang mengalir deras menyebabkan plankton akan terbawa arus dan tidak mendukung keberadaan plankton untuk berdiam diri.
Organisme sungai yang tidak arus sudah mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya, tumbuhan dilengkapi akar atau alat semacam akar ayang di gunakan untuk melekat di dasar perairan, sedangkan hewan memiliki otot pelekat yang kuat sehingga dapat hidup sebagai nekton bentos.
2.      Ekositem air laut
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kelautan sudah makin pesat. Awalnya, pengamatan lautan hanya terbatas pada permukaan dan di pantai. Akan tetapi, saat ini manusia sudah berhasil menembus bagian dalam lautan dan dapat hidup serta bekerja di bawah permukaan laut. Dengan demikian, objek yang di pelajari makin luas, baik komponen abiotik maupun komponen biotik penyusun ekosistem air laut dan interaksi antara kedua komponen. Ekosistem air laut di pengaruhi oleh beberapa komponen abiotik. Komponen - komponen abiotik tersebut adalah kadar garam, suhu, cahaya matahari dan arus air laut.



                                                                 
Aplikasi pestisida yang benar merupakan kunci keberhasilan pengendalian organisme pengganggu tanaman ( OPT ). Secara sederhana, aplikasi pestisida dapat di artikan sebagai proses menyampaikan pestisida kepada sasaran. Aplikasi pestisida berkisar dari yang paling sederhana, misalnya menempatkan zat penarik (attractant ) atau zat penghalau ( repellent ) serangga, sampai menyemprotkan pestisida dengan alat aplikasi yang mahal. Pemakaian pestisida harus dilakukan seefisiensi mungkin. Perawatan dan kebersihan alat sebelum, selama, dan sesudah aplikasi juga ikut meningkatkan efisiensi karena dapat membantu memperkecil masalah yang di alami oleh pekerja saat aplikasi dan meningkatkan keawetan pompa dan alat semprot.
Pestisida adalah kelompok bahan kimia racun yang mampu membunuh serangga ( insektisida ), tungau dan campak ( akarisida ), nematode ( nematisida ), jamur ( fungisida ), mamalia pengerat ( rodentisida ), dan tumbuhan penggang ( herbisida ). Penggunaan pestisida  terlalu tinggi menyebabkan penurunan kualitas lahan dan menyebabkan terancamnya kehidupan organisme pada ekosistem tersebut. Hal ini akan mengakibatkan rusaknya keanekaragaman hayati, sedangkan penggunaan pestisida terlalu rendah juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis dalam tubuh serangga, seperti terjadinya resistensi serangga terhadap pestisida, resurjensi hama, dan menyebabkan kemandulan.  
Berdasarkan hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan pestisida merupakan penyebab utama rusaknya hutan – hutan yang ada di Asia Tenggara, Eropa Tengah, dan Eropa Timur. Dan penggnaan bahan – bahan radioaktif yang tidak tepat dapat merugikan kehidupan. Bahan radioaktif memancarkan sinar yang di sebut radiasi pengion. Radiasi tersebut dapat merusak sel atau jaringan makhluk hidup sehingga terjadi mutasi terhadap individu yang terkena radiasi.
 Selain itu, kerusakan pada sel gamet akan menghasilkan keturunan yang bersifat letal ( mati ) sehingga keanekaragaman hayati berkurang. Untuk mengurangi efek samping perlu di ketahui asal usul kimia, daya kerja pestisida dan toksisisnya terhadap serangga dan binatang lain ( Sutarmihardja, 1977 ). Sukses pengendalian hama di tentukan oleh jenis dan dosis, saat dan cara aplikasi insektisida tanpa mengabaikan faktor lingkungan. Sebaiknya, penggunaan insektisida hanya di lakukan jika perlu, dan pada saat populasi hama melewati  ambang ekonomi ( kepadatan tertinggi populasi hama yang menentukan di mulainya pengendalian untuk menghindari agar tidak mencapai tingkat kerusakan ekonomi ).  Dalam pengendalian secara kimiawi, keberhasilan pengendalian hama di tentukan oleh jenis, dosis, waktu dan cra aplikasi pestisida, tanpa mengabaikan faktor  lingkungan.
 Cara penggunaan pestisida tergantung pada formulasi, hama tanaman dan keadaan setempat. Cara penggunaan pestisida yang bisa di lakukan di lapang sebagai berikut :
1)      Penyemprotan.


2)      Pengabutan.
3)      Pengembusan.
4)      Penebaran.
5)      Fumigasi.
Faktor – faktor yang perlu di perhatikan dalam aplikasi pestisida sebagai berikut :
1)      Volume semprot ( adukan jadi )
2)      Konsentrasi
3)      Dosis
4)      Peliputan ( coverage )
5)      Kalibrasi
6)      Waktu pemberiaan pestisida yang tepat
7)      Label pestisida
8)      Daya racun pestisida







Ekosistem pertanian ( agroekosistem )

B.C.     Ekosistem pertanian ( agroekosistem )
Secara garis besar, biosfer tersusun atas dua jenis ekosistem, yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Berikut ini akan di uraikan jenis – jenis ekosistem:
a.       Ekositem darat
Ekosistem darat adalah ekositem yang  wilayahnya berupa daratan. Ekosistem darat pada wilayahnya luas mempunyai vegetasi dominan di sebut bioma. Penyebaran jenis – jenis bioma di pengaruhi oleh kondisi iklim. Adapun iklim suatu bioma do pengaruhi oleh letak geografisna, yaitu jarak suatu wilayah dari khatulistiwa ( lintang ) atau ketinggian dari permukaan laut. Berdasarkan letak geografisnya, bioma di kelompokkan menjadi beberapa bioma sebagai berikut :
1.      Gurun
Daerah gurun mempunyai tingkat kekeringan sangat tinggi. Gurun umumnya terdapat di daerah tropika, yaitu sekitar 20 – 30 ® lintang utara dan lintang selatan. Bioma gurun memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1) Tanahnya gersang
2) Curah hujan rendah ( kurang dari 25 cm per tahun )
3) Suhu pada siang hari dapat mencapai 45 ® C sehingga penguapan tinggi.
4) Suhu pada malam hari dapat mencapai 0 ® C.
Bioma gurun di dominasi oleh tumbuhan yang mampu ber adabtasi pada kondisi lingkungan yang kering, misalnya kaktus. Bentuk adaptasi tumbuhan tersebut, antara lain
                                                                        
memiliki lapisan lilin yang tebal, daunnya seperti duri, akarnya panjang, dan memiliki jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari biasanya bersembunyi di lubang – lubang untuk menghindari
panasnya cahaya matahari. Adapun hewan yang hidup di gurun antara lain : ular, unta, kadal, tikus dan serangga.
2.      Padang rumput
Padang rumput terdapat di daerah tropika sampai subtropika. Wilayah padang rumput, antara lain terdapat di amerika utara, rusia, dan afrika selatan. Di Indonesia, padang rumput pegunungan terdapat di Irian Jaya. Padang rumput mempunyai ciri – ciri yang berbeda dengan gurun. Berikut ini ciri – ciri bioma padang rumput :
1) Curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
2) Suhu rata – rata 18 – 30 ® C.
3) Peresapan air ( porositas ) tinggi dan aliran air ( drainase ) cepat.
Tunbuhan yang mendominasi bioma padang rumput meliputi rerumputan dan herba. Rumput yang di daerah kering berukuran pendek, sedangkan  rumput di daerah yang relatif basah, seperti di Amerika Utara berukuran tinggi – tinggi, bahkan ada yang mencapai 3 m. Hewan yang hidup di padang rumput, antara lain bison, zebra, sing, anjing liar, serigala, kelinci, serangga, tikus, kanguru, burung dan ular.
3.      Sabana
Sabana terdapat di daerah sekitar khatulistiwa. Bioma ini mirip dengan bioma padang rumput, namun curah hujannya lebih tinggi dari pada biom padang rumput, yaitu sekitar 90 – 150 cm per tahun. Tumbuhan yang mendominasi sabana berupa rumput dan pohon – pohon yang tumbuh menyebar,. Hewan yang hidup di sabana, antara lain gajah, jerapah, zebra, singa dan berbagai serangga.
4.      Hutan hujan tropis / hutan basah
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropika hingga subtropika. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan tinggi, yaitu 200 – 225 cm per tahun.
2) Suhu sepanjang hari rata – rata sekitr 25 ® C.
3) Kelembapannya sangat tinggi karena hanya sedikit cahaya matahari yang mencapai lantai hutan.
Tumbuhan yang hidup di hutan tropis sangat beraneka ragam. Tingginya mencapai 20 – 40 m dan berdaun lebat hingga membentuk tudung ( kanopi ). Tumbuhan yang hasdi bioma ini adalah liana dan epifit. Liana adalah kelompok tumbuhan yang hidup merambat, seperti rotan. Epifit adalah kelompok tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan tumbuhan yang di tempeli, seperti anggrek, liken, paku – pakuan, dan sirih – sirian. Adapun hewan yang hidup di hutan hujan tropis adalah kera, harimau, gajah, burung dan serangga.
5.      Hutan gugur
Hutan gugur terdapat di sekitar  daerah subtropika yang mengalami pergantian musim panas dan dingin. Selain itu, hutan gugur terdapat di daerah tropika. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
                                                           

1) Curah hujan sedang, yaitu 75 – 150 cm per tahun dan merata sepanjang tahun.
2) Mengalami empat musim, yaitu dingin, semi, panas, dan gugur.
3) Pohon menggugurkan daunnya pada musim dingin.
Tumbuhan yang hidup di hutan gugur, antara lain pinus, maple, elm, dan birkin. Adapun contoh hewan yang menghuni hutan gugur adalah rusa, musang, salamander, beruang, burung, rakun dan mamalia besar.
6.      Taiga
Taiga terdapat di daerah subtropika utara hingga kutub utara. Tiaga sering di sebut boreal atau hutan berdaun jarum ( konifer ). Berikut ciri -  ciri taiga :
1) Curah hujan antara 50 125 cm per tahun.
2) Musim dingin waktunya panjang, sedangkan musim panas waktunya pendek.
3) Suhu pada musim dingin sangat rendah.
4) Hujan turun hanya pada musim panas.
Berbagai macam tumbuhan yang hidup di taiga, meliputi pohon pinus, pohon cemara, pohon juniper ( juniperus ), spruces, betula ( birch ), dan alder ( alnus ). Pada musim panas, masa pertumbuhan tumbuhan hanya berlangsung antara 3 – 6 bulan. Adapun hewan yang hidup di bioma ini, antara lain rusa besar,  beruang hitam, tikus, tupai, burung gagak hitam dan serigala.
7.      Tundra
Tundra hanya terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di lingkungan kutub utara. Tundra di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tundra artik dan tundra alpen. Tundra artik terdapat di dekat kutub utara. Adapun tundra alpen terdapat di puncak – puncak gunung tingg, misalnya puncak gunung Jaya wijaya Irian Jaya. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan kurang dari 25 cm per tahun.
2) Ber iklim kutub dengan musim dingin yang panjang serta gelap.
Tumbuha yang hidup di tundra berupa tumbuhan semusim dan tumbuhan menahun. Tumbuhan semusim mempunyai masa pertumbuhan sangat pendek, warna bunganya mencolok, dan mampu ber adaptasi dengan musim dingin. Adapun tumbuhan menahun biasanya pendek seperti semak. Tumbuhan yang paling banyak di jumpai pada bioma ini adalah lumut dari jenis sphagnum dan liken. Hewan yang hidup menetap di tundra, meliputi serangga, burung, mamlia, serta herbivora besar, seperti musnox dan reider. Burung dan mamalia memiliki bulu yang tebal. Apabila musim dingin, bulunya menjadi putih.

           
b.      Ekositem perairan ( akuatik )
Lingkungan perairan ini sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan daratan dan memegang peranan dalam siklus materi kimia. Oleh karena itu, kita perlu memahami ekosistem perairan yang meliputi interaksi antara lingkungan perairan dengan organisme
                                                                       
yang hidup di dalamnya.
1.      Ekosistem air tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri – ciri, antara lain mempunyai kadar garam ( salinitas ) rendah, variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, serta di pengaruhi oleh iklim dan cuaca. Berbagai jenis ganggang dab beberapa jenis tumbuhan berbiji terdapat pada ekosistem ini. Adapun hewan yang terdapat dalam ekosistem air tawar sangat bervariasi, dari hewan tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Organisme – organisme yang hidup pada ekosistem air tawar mempunyai cara hidup yang berbeda – beda. Berdasarkan cara hidupnya, organisme air tawar dapat di bedakan menjadi lima, yaitu plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos.
a) Plankton merupakan organisme yang hidup melayang – layang dalam air dan bergerak mengikuti arus air atau naik turun tergantung dari intensitas cahaya. Plankton di bedakan menjadi 2, yaitu : filoplankton dan zooplankton. Filoplankton adalah plankton yang mampu menyintesis makanannya sendiri ( autotrof ), sedangkan zooplankton adalah plankton yang memiliki sifat – sifat seperti hewan ( heterotroph ).
b) Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak bebas secara aktif dalam perairan tanpa di pengaruhi lingkungan. Beberapa anggota nekton adalah ikan, cumi – cumi, dan Aurelia.
c) Neutson merupakan organisme yang hidup dengan cara mengapung atau berenang pada permukaan air, misalnya : serangga air.
d) Perifiton merupakan organisme yang hidup dengan cara melekat pada tumbuhan atau pada benda lain, misalnya keong.
e) Bentos merupakan organisme yang hidup dengan cara melekat ( sessil ) atau bergerak bebas dengan merangkak atau melata di dasar perairan. Anggota bentos antara lain cacing, remis dan udang.
Ekosistem air tawar di golongkan menjadi 2 macam, yaitu ekosistem air tawar lentik dan ekosistem lotik. Berikut akan di uraikan secara rinci mengenai penggolongan ekosistem air tawar.
a.       Ekosistem air tawar lentik ( ekosistem perairan menggenang )
Ekosistem air tawar lentik di cirikan dengan kondisi airnya yang tenang dan tidak ber arus. Contoh ekosistem ini adalah danau, kolam, rawa gambut dan rawa air tawar. Namun, pada bagian ini saya hanya mau membahas danau. Danau merupakan ekosistem air tawar yang mempunyai badan air menggenang dan luas. Danau  yang baru terbentuk umumnya terbentuk mengandung sedikit nutrient sehingga sedikit pula organisme yang hidup di dalamnya.
                                                                 
Danau ini di namakan danau oligotrofik. Secara bertahap nutrien masuk ke danau. Nutrien tersebut dapat berasal dari debu yang jatuh ke atmosfer serta nutrien yang terlarut dalam air sungai dan air hujan. Selain itu, nutrien yang masuk ke danau berasal dari limbah industri dan limbah pertanian. Penimbunan nutrien ini menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan danau sehingga danau berubah menjadi danau eutrofik. Eutrofikasi atau blooming adalah penimbunan senyawa – senyawa tertentu sehingga mempercepat pertumbuhan ganggang. Peningkatan populasi ganggang di sebabkan adanya zat makan yang tersedia melimpah. Apabila ganggang tersebut mati, tubuhnya di uraikan oleh pengurai. Pengurai tersebut membutuhkan banyak oksigen sehingga oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Akibatnya, organisme yang berada dalam air banyak yang mati.
b.      Ekosistem air tawar lotik ( ekosistem perairan mengalir )
Ekosistem air tawar loti mempunyai ciri airnya mengalir atau berarus. Organisme yang hidup pada ekosistem ini memiliki alat khusus yang di gunakan untuk menyesuaikan diri pada arus air. Hewan yang menghuni ekosistem air tawar lotik, antara lain ikan mujair, ikan tawes, ikan gurami, dan serangga air. Adapun contoh tumbuhan yang hidup di daerah ini adalah ganggang yang menempel pada akar tanaman dan batuan. Salah asatu contoh ekosistem air tawar lotik adalah sungai. Sungai mempunyai aliran ke satua arah    . Kondisi air sungai yang mengalir deras menyebabkan plankton akan terbawa arus dan tidak mendukung keberadaan plankton untuk berdiam diri.
Organisme sungai yang tidak arus sudah mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya, tumbuhan dilengkapi akar atau alat semacam akar ayang di gunakan untuk melekat di dasar perairan, sedangkan hewan memiliki otot pelekat yang kuat sehingga dapat hidup sebagai nekton bentos.
2.      Ekositem air laut
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kelautan sudah makin pesat. Awalnya, pengamatan lautan hanya terbatas pada permukaan dan di pantai. Akan tetapi, saat ini manusia sudah berhasil menembus bagian dalam lautan dan dapat hidup serta bekerja di bawah permukaan laut. Dengan demikian, objek yang di pelajari makin luas, baik komponen abiotik maupun komponen biotik penyusun ekosistem air laut dan interaksi antara kedua komponen. Ekosistem air laut di pengaruhi oleh beberapa komponen abiotik. Komponen - komponen abiotik tersebut adalah kadar garam, suhu, cahaya matahari dan arus air laut.



                                                                 
Aplikasi pestisida yang benar merupakan kunci keberhasilan pengendalian organisme pengganggu tanaman ( OPT ). Secara sederhana, aplikasi pestisida dapat di artikan sebagai proses menyampaikan pestisida kepada sasaran. Aplikasi pestisida berkisar dari yang paling sederhana, misalnya menempatkan zat penarik (attractant ) atau zat penghalau ( repellent ) serangga, sampai menyemprotkan pestisida dengan alat aplikasi yang mahal. Pemakaian pestisida harus dilakukan seefisiensi mungkin. Perawatan dan kebersihan alat sebelum, selama, dan sesudah aplikasi juga ikut meningkatkan efisiensi karena dapat membantu memperkecil masalah yang di alami oleh pekerja saat aplikasi dan meningkatkan keawetan pompa dan alat semprot.
Pestisida adalah kelompok bahan kimia racun yang mampu membunuh serangga ( insektisida ), tungau dan campak ( akarisida ), nematode ( nematisida ), jamur ( fungisida ), mamalia pengerat ( rodentisida ), dan tumbuhan penggang ( herbisida ). Penggunaan pestisida  terlalu tinggi menyebabkan penurunan kualitas lahan dan menyebabkan terancamnya kehidupan organisme pada ekosistem tersebut. Hal ini akan mengakibatkan rusaknya keanekaragaman hayati, sedangkan penggunaan pestisida terlalu rendah juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis dalam tubuh serangga, seperti terjadinya resistensi serangga terhadap pestisida, resurjensi hama, dan menyebabkan kemandulan.  
Berdasarkan hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan pestisida merupakan penyebab utama rusaknya hutan – hutan yang ada di Asia Tenggara, Eropa Tengah, dan Eropa Timur. Dan penggnaan bahan – bahan radioaktif yang tidak tepat dapat merugikan kehidupan. Bahan radioaktif memancarkan sinar yang di sebut radiasi pengion. Radiasi tersebut dapat merusak sel atau jaringan makhluk hidup sehingga terjadi mutasi terhadap individu yang terkena radiasi.
 Selain itu, kerusakan pada sel gamet akan menghasilkan keturunan yang bersifat letal ( mati ) sehingga keanekaragaman hayati berkurang. Untuk mengurangi efek samping perlu di ketahui asal usul kimia, daya kerja pestisida dan toksisisnya terhadap serangga dan binatang lain ( Sutarmihardja, 1977 ). Sukses pengendalian hama di tentukan oleh jenis dan dosis, saat dan cara aplikasi insektisida tanpa mengabaikan faktor lingkungan. Sebaiknya, penggunaan insektisida hanya di lakukan jika perlu, dan pada saat populasi hama melewati  ambang ekonomi ( kepadatan tertinggi populasi hama yang menentukan di mulainya pengendalian untuk menghindari agar tidak mencapai tingkat kerusakan ekonomi ).  Dalam pengendalian secara kimiawi, keberhasilan pengendalian hama di tentukan oleh jenis, dosis, waktu dan cra aplikasi pestisida, tanpa mengabaikan faktor  lingkungan.
 Cara penggunaan pestisida tergantung pada formulasi, hama tanaman dan keadaan setempat. Cara penggunaan pestisida yang bisa di lakukan di lapang sebagai berikut :
1)      Penyemprotan.


2)      Pengabutan.
3)      Pengembusan.
4)      Penebaran.
5)      Fumigasi.
Faktor – faktor yang perlu di perhatikan dalam aplikasi pestisida sebagai berikut :
1)      Volume semprot ( adukan jadi )
2)      Konsentrasi
3)      Dosis
4)      Peliputan ( coverage )
5)      Kalibrasi
6)      Waktu pemberiaan pestisida yang tepat
7)      Label pestisida
8)      Daya racun pestisida