PEMBAHASAN
Peran guru yang dimaksud adalah berkaitan dengan peran
guru dalam proses pembelajaran. Guru merupakan faktor penentu yang sangat
dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam
proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari pro-ses
pendidikan secara keseluruhan.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang
mengandung serang-kaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana
dalam proses tersebut terkandung multi peran dari guru.
Peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat
berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan
belajar, peren-cana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.
Peranan guru berkaitan dengan kompetensi guru,
meliputi:
1. Guru melakukan Diagnosa terhadap Perilaku Awal
Siswa.
Pada dasarnya guru harus mampu membantu
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswanya dalam proses pembelajaran, untuk itu
guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian siswanya. Proses asessing
atau memperki-rakan keadaan siswa adalah langkah awal untuk mengetahui lebih
lanjut kon-disi siswa untuk kemudian dievaluasi agar lebih kongkrit dan
mendekati tepat untuk memahami keadaan siswanya, diharapkan jika guru telah
mengetahui betul kondisi siswanya akan mempermudah memberikan meteri pelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan bakat siswa.
2. Guru membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Perencanaan pembelajaran adalah membuat persiapan
pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak mempunyai
persiapan pem-belajaran yang baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka
lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri tanpa acuan
yang jelas. Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan dapat melakukan
persiap-an pembelajaran baik menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi
psi-kis dan psikologis yang kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
3. Guru Melaksanakan Proses Pembelajaran
Peran guru yang ketiga ini memegang peranan yang
sangat penting, ka-rena di sinilah proses interaksi pembelajaran dilaksanakan.
Karena itu ada be-berapa hal yang harus menjadi perhatian guru:
- Mengatur waktu berkenaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran yang meliputi pengaturan alokasi waktu seperti pengantar + 10%, materi pokok + 80%, dan untuk penutup + 10%.
- Memberikan dorongan kepada siswa agar tumbuh semangat untuk bela-jar, sehingga minat belajar tumbuh kondusif dalam diri siswa. Guru se-nantiasa harus mampu menunjukkan kelebihan bidang yang dipelajari dan manfaat yang akan didapat dengan mempelajarinya. Menumbuhkan moti-vasi tersebut dapat dilakukan dengan reinforcement yaitu memberi peng-hargaan baik dengan sikap, gerakan anggota badan, ucapan, dan bentuk tertulis. Hal ini dilakukan sebagai respon positif terhadap tindakan yang dilakukan oleh siswa.
- Melaksanakan diskusi dalam kelas. Dalam sistem pendidikan yang demo-kratis, diskusi adalah wahana yang tepat untuk menciptakan dan menum-buhkan siswa yang kreatif dan produktif serta terlatih untuk berargumen-tasi secara sehat serta terbiasa menghadapi perbedaan. Small group aktivities memiliki kelebihan untuk menggali potensi siswa, karena siswa akan ber-peran aktif lebih besar dalam aktivitas pembelajarannya.
- Peran guru berikutnya adalah mengamati siswanya dalam berbagai kegi-atan baik yang bersifat formal di ruang kelas maupun di dalam kegiatan ekstra kurikuler. Mengacu pada hasil pengamatan ini guru harus mengeta-hui siswa mana yang membutuhkan pembinaan yang lebih, untuk diberi tugas individu, atau mungkin diberikan remedial teaching sebagai follow up dari tes yang telah diberikan.
- Peran guru dalam kegiatan ini mencakup informasi berupa pemberian ce-ramah dan juga informasi tertulis yang dibutuhkan siswa dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami siswa. Hanya saja peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan kalau para siswa dari waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak akan menghasilkan lulusan yang optimal. Dalam konsep Norman Dodl ini ja-tah waktu ceramah hanya sedikit saja.
- Peran jenis ini adalah guru memberikan masalah untuk dicarikan solusi alternatifnya, sehingga siswa dapat menggunakan daya pikir dan daya na-larnya secara maksimal. Baik dengan menggunakan metode berpikir in-duktif ataupun deduktif.
- Melakukan pertanyaan dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Langkah ini menunjukkan proses yang sangat manusiawi dalam hal ini manusia selalu ingin tahu terhadap suatu persoalan atau ma-salah. Keterampilan bertanya dan menjawab adalah merupakan kompe-tensi yang harus dimiliki guru.
- Menggunakan alat peraga, sebagai alat bantu komunikasi pendidikan se-perti OHP, proyektor, TV dan lainnya yang dapat dirancang sendiri, me-ngingat alat seperti ini sangat membantu proses belajar mengajar, dengan harapan siswa tidak terlalu jenuh. Guru harus berupaya menguasai peng-gunaan alat-alat bantu tersrbut.
4. Guru sebagai Pelaksana Administrasi Sekolah
Konsep Norman Dodl ini berkaitan dengan kewajiban guru
untuk mam-pu menjalankan administrasi sekolah dengan baik, sehingga
administrasi se-kolah tidak melulu tertumpu pada kepala sekolah dan tata usaha.
Peran guru di sini dimaksudkan untuk lebih memahami siswa tidak hanya dari
hasil tatap muka saja akan tetapi menyangkut segala hal yang berkaitan dengan
siswa.
Lebih jauh Usman (1999: 12) mengungkapkan peran guru
sebagai ad-ministrator adalah sebagai berikut: (a) pengambil inisistif,
pengarah dan peni-lai kegiatan-kegiatan pendidikan, (b) wakil masyarakat yang
berati dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat, (c)
orang yang ahli dalam suatu mata pelajaran, (d) penegak disiplin, (e) pelaksana
adminis-trasi pendidikan, (f) pemimpin generasi muda, karena ditangan gurulah
nasib suatu generasi dimasa mendatang, dan (g) penyampai informasi kepada
ma-syarakat tentang perkembangan kemajuan dunia.
5. Guru sebagai Komunikator
Peran guru dalam kegiatan ini menyangkut proses
penyampaian infor-
masi baik kepada dirinya sendiri, kepada anak didik,
kepada atasan, kepada orang tua murid maupun kepada masyarakat pada umumnya.
Komunikasi pada diri sendiri menyangkut upaya
introspeksi agar setiap langkah dan geraknya tidak mengalahi kode etik guru
baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar. Komunikasi kepada anak didik
merupakan peran yang sangat strategis, karena sepandai apapun seseorang manakala
dia tidak mampu berkomunikasi dengan baik pada anak didiknya maka proses
belajar mengajar akan kurang optimal. Komunikasi yang edukatif pada anak didik
akan mampu menciptakan hubungan yang harmonis. Sedangkan komunikasi kepada
atasan, orang tua, dan masyarakat adalah sebagai pertanggungjawab-an moral.
6. Guru Mampu Mengembangkan Keterampilan Diri
Mengembangkan keterampilan diri merupakan suatu
tuntutan bahwa se-tiap guru harus mengembangkan keterampilan pribadinya dengan
terus mengi-kuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jika tidak
demikian ma-ka guru akan ketinggalan jaman dan mungkin pada akhirnya akan sulit
mem-bawa dan mengarahkan anak didik kepada masa di mana dia akan menjalani
kehidupan.
7. Guru dapat Mengembangkan Potensi Anak
Dalam melakukan kegiatan jenis ini guru harus
mengetahui betul poten-si anak didik. Karena berangkat dari potensi itulah guru
menyiapkan strategi PBM yang sinerjik dengan potensi anak didik. Faktor ‘the
how’ memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan potensi anak didik,
hal ini di-maksudkan untuk mempersiapkan diri menjadi manusia seutuhnya yang
akan mampu membangun dirinya dan masyarakat lingkungannya.
Berkenaan dengan ungkapan di atas, berikut ini adalah
peranan yang pa-ling dianggap dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer,
atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi belajaran
yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
mening-katkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan
sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah
bahwa ia sen-diri adalah pelajar. Hal ini berarti bahwa guru harus belajar
terus mene-rus. Melalui cara demikian ia dapat memperkaya diri dengan berbagai
il-mu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugas sebagai penga-jar dan
demonstrator, sehingga ia mampu memerankan apa yang diajar-kannya secara
didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki
oleh anak didik.
Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam
merumuskan tujuan pembelajaran khusus atau indikator, memahami kurikulum, dan
ia sendiri sebagai sumber belajar yang terampil dalam memberikan informa-si
kepada kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik untuk
dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengeta-huan. Untuk itu guru
hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senan-tiasa belajar dalam berbagi
kesempatan. Pengajar yang baik bila ia mengu-asai dan mampu melaksanakan
keterampilan-keterampilan mengajar.
b. Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning
managers). Guru hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan
lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
perlu diorganisasi.
Lingkungan harus diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan
terhadap lingkung-an turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi
lingkung-an yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan
merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam
mencapai tujuan.
Kualitas dan kuanitas belajar siswa dalam kelas
bergantung pada ba-nyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antar
siswa dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana dalam kelas.
Tujuan umum mengelola kelas adalah menyediakan dan
mengguna-kan fasilitas kelas agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khu-susnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer, guru bertanggung jawab memelihara
lingkungan fisiknya, agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan
atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial dalam kelasnya. Dengan
demikian guru tidak hanya mementingkan siswa belajar,tetapi ju-ga mengembangkan
kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalang-an siswa. Tanggung jawab
sebagai manager yang penting bagi guru ada-lah membimbing pengalaman-pengalaman
siswa sehari-hari kearah self direct behavior.
Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan
kesem-patan bagi siswa sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan kepada
guru, sehingga mereka mampu membimbing kegiatan sendiri.siswa harus belajar
melakukan self control dan self activity melalui proses bertahap.
Sebagai manajer lingkungan belajar, guru harus mampu mempergunakan pengetahuan
tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan se-hingga memungkinkan
untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar
pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan
yang diharapkan.
c. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan
dan pema-haman yang cukup mengenai media pendidikan, karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar me-ngajar.
Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan alat yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang
media pen-didikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan
mengguna-kan, serta mengusahakan media itu dengan baik.
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan
tujuan, materi, metoda, evaluasi, dan kemampuan guru
serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai mediator guru juga menjadi perantara dalam
hubungan an-tar manusia. Untuk itu, guru harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya
ada-lah agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang
interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan guru,
yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, me-ngembangkan
gaya interaksi pribadi, dan menambah hubungan positif de-ngan siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang percapaian tujuan dan
proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah,
ataupun surat kabar.
d. Guru sebagai Evaluator
Dalam dunia pendidikan, kita ketahui bahwa setiap
jenis dan jenjang pendidikan pada waktu-waktu tertentu/periode pendidikan
selalu mengada-kan evaluasi, artinya penilaian yang telah dicapai, baik oleh
pihak terdidik maupun pendidik.
Demikian pula setiap kali proses belajar mengajar,
guru hendaknya men-jadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk
mengetahui apakah tuju-an yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah
materi yang diajar-kan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode
yang diguna-kan sudah cukup tepat.
Penilaian perlu dilakukan, karena melalui penilaian
guru dapat menge-tahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain penilaian
ialah untuk menge-tahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Dalam penilaian, guru dapat menetapkan apakah seorang
siswa terma-suk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
kelas-nya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat
mengetahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup
membe-rikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Kiranya jelasl
bahwa guru harus mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dalam
penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
mengikuti proses belajar mengajar.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa,
guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini
merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini
akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
me-ngajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus
me-nerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru
mempunyai peran-an utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar menga-jar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan.
e. Guru sebagai Pengembang Kurikulum di Sekolah
Untuk memudahkan pembahasan peran guru dalam
mengembangkan kurikulum di sekolah. Terlebih dahulu harus dipahami pengertian
kurikulum. Dalam pandangan klaksik kurikulum diartikan sebagai sekumpulan mata
pe-lajaran yang diberikan anak didik di sekolah (Penix dan Bestor, dalam Ragan
dan Shepherd, 1982: 2). Sedangkan dalam pandangan modern kurikulum di-artikan
sebagai segala pengalaman belajar yang harus dikuasai anak didik di bawah
bimbingan atau tanggungjawab sekolah (Doll, 1974; Tannr & Tanner, 1980;
Miller & Saller, 1985).
Berangkat dari pengertian di atas, maka pengertian
modern lebih tepat digunakan karena dipandang lebih fleksibel. Kecuali itu
proses belajar menga-jar tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran yang
diberikan akan tetapi ju-ga menyangkut pengalaman belajar, seperti kebiasaan,
moral, sikap, dan lain sebagainya.
Implementasi kurikulum sesungguhnya tejadi pada saat
proses belajar mengajar, hal ini bisa kita lihat dalam Miller dan Saller (1985:
13) yang me-ngatakan: “in some, cases, implementation of the
curriculumplan, ussualy, but not necessarily, involving, teachingin the sense
of student teacher interaction in an educational setting”. Pengetian
tersebut memberikan pemahaman bah-wa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah
sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih dokumen
tertulis menjadi aktual dalam serangkaian aktivitas belajar mengajar.
Berangkat dari beberapa pemikiran tersebut, ada
beberapa kegiatan gu-ru dalam upaya mengembangkan kurikulum yang berlaku di
sekolah, yang meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.
1) Aktivitas Guru dalam Merencanakan Kurikulum
Pada dasarnya kegiatan merencanakan meliputi:
penentuan tujuan pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan
metode dan alat pengajaran dan merencanakan penilaian pengajaran (Sudjana,
1989: 31). Dengan demikian kegiatan merencanakan merupakan upaya yang
sistematis dalam upaya mencapai tujuan, melalui perencanaan yang diharapkan
akan mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.
Dalam kegiatan perencanaan langkah pertama yang harus
ditempuh oleh guru adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari
tujuan yang kongkrit akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan lang-kah dan
kegiatan yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melak-sanakanya. Dalam
pandangan Zais (1976: 297) ada beberapa istilah yang berkenaan dengan tujuan,
antara lain: aim goals dan objective. Pada mate-ri ini yang
dimaksud tujuan adalah objective, yaitu tujuan pokok bahasan yang lebih
spesifik, merupakan hasil proses belajar mengajar. Bloom (1954: 18)
mengklasifikasikan tujuan tersebut menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Ansary (1988: 95) ada beberapa
sumber tujuan pengajar yaitu: kebutuhan anak, kebutuhan masyarakat, ilmu
pengetahuan, dan filsafat.
Taba (1962: 200-105) memberi beberapa pentujuk tentang
cara me-rumuskan tujuan pengajaran yaitu:
(1) Tujan hendaknya mengandung unsure
proses dan produk.
(2) Tujuan harus bersifat spesifik dan
dinyatakan dalam bentuk prilaku nyata.
(3) Mengandung pengalaman belajar yang
diperlukan untuk mencapai tu-juan yang dimaksudkan.
(4) Pencapaian tujuan kadang kala
membutuhkan waktu ralatif lama (tak dapat dicapai dengan segera).
(5) Harus realistis dan dapat dimaknai
sebagai kegiatan belajar atau pe-ngalaman belajar tertentu.
(6) Harus komprehensif, artinya mencakup
semua aspek dan tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah
kedua ada-lah menetapkan bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988: 120)
bahan pelajaran mencangkup tiga komponen, yaitu ilmu pengetahuan, pro-ses dan
nilai-nilai. Dalam hal ini tiga kompunen tersebut dapat dirinci se-suai dengan
tujuan yang ingin dicapai sekolah.
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan
yang mudah akan tetapi pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang serius,
karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan sosial di
samping-perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam menentu-kan
bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: signifikan-si,
kegunaan, minat, dan perkembangan manusiawi (Zais, 1976: 343). Yang harus
diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak
didik dirancang dan diogarnisir dengan baik. Nasution (1988: 142) mengartikan
organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan pada murid. Sedangkan menurut Ansyar (1988: 122) bahwa “organisasi
kurikulum mencangkup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian
rupa guna mencapai tujuan-tujuan.
Sukmadinata (1988: 123) menjelaskan beberapa jenis
organisasi ku-rikulum yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran
yaitu sebagai berikut: (a) organisasi kurikulum berdasarkan atas pelajaran, (b)
organisasi kurikulum berdasarkan kebutuhan anak, (c) organisasi kuriku-lum
berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Karena itu guru sebagai
pengembang kurikulum di sekolah sudah seharusnya data memilih jenis organisasi
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Penentuan metode mengajar adalah merupakan langkah
ketiga dari tugas guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan
me-tode mengajar ini erat dengan hubungannya pemilihan strategi belajar
me-ngajar yang paling efektif dan efensien dalam melakukan proses belajar
mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Waridjan dkk. (1984: 32) mengartikan
strategi pengajaran sebagai kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar
mengajar, yang dapat diberikan kemudahan atau fasilitas kepada anak didik menuju
tercapainya tujuan pengajaran.
Menurut Sudjana (1989: 57) ada beberapa hal yang harus
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan metode mengajar yang akan
di-gunakan, yaitu: (a) tujuan pengajaran yang ingin dicapai, (b) bahan
pela-jaran yang akan diajarkan, (c) jenis kegiatan belajar anak didik yang
dii-nginkan. Ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu ceramah, tanya jawab,
diskusi, resitasi, belajar kelompok, dan sebagainya.
Sedangkan langkah ke empat dalam merencanakan
pembelajaran adalah merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya
adalah suatu proses menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam
kon-teks situasi tertentu (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 119). Di sisi lain Hasan
(1988: 11) mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan tes dan pengukur-an. Tes
merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukur-an hanya
merupakan salah satu langkah yang mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.
2) Aktivitas Guru dalam
Melaksanakan Kurikulum.
Melaksanakan kurikulum adalah merupakan kegiatan inti
dari pro-ses perencanaan, karena tidak akan mempunyai makna apa-apa jika
ren-cana tersebut tidak dapat direncanakan. Melaksanakan kurikulum yang
dimaksudkan dalam studi ini guru mampu mengimpletasikannya dalam proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar pada dasarnya dapat berlangsung di dalam dan
di luar sekolah dan di dalam jam pelajaran atau di luar jam pelajaran yang
telah dijadwalkan (Depdikbud, 1991: 15).
Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar,
seyogyanya seorang guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh. Apapun
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar me-liputi:
tahap permulaan, tahap pengajaran dan tahap penilaian serta tindak lanjut
(Sudjana, 1989: 68). Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkon-disikan siswa
agar dapat mengikuti pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran
adalah tahap inti, saat guru berupaya menyampaikan ma-teri pelajaran yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Dalam tahap ini, peng-gunaan metode mengajar akan
berpengaruh pada pendekatan yang akan dilakukan oleh seorang guru. Misalnya
seorang guru ingin mengaktifkan anak atau peran anak menjadi lebih dominan,
maka metode CBSA adalah metode yang tepat.
3) Aktivitas Guru dalam Menilai Kurikulum
Pada tahap ini guru melakukan penilaian untuk
mengetahui kelebih-an dan kelemahan, sehingga diharapkan dapat ditindaklanjuti
menuju per-baikan di masa yang akan datang. Penilaian kurikulum bukanlah suatu
pe-kerjaan yang mudah, hal ini didasarkan pada banyaknya aspek yang harus
dinilai dan banyaknya pihak yang terkait dalam penilaian. Bahkan ada se-mentara
kalangan mengatakan bahwa jika ingin melakukan penilaian ter-hadap kurikulum
maka yang pertama harus memahami terlebihdahulu mak-na dari penilaian itu
sendiri (Hasan, 1998).
Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah harus
senantiasa melakukan evaluasi atau penilaian kurikulum secara kontinyu dan
kompre-henship. Penilaian terhadap kurikulum sesungguhnya sangat luas, oleh
karena itu untuk dapat melakukan penilaian secara akurat terlebih dahulu harus
dipahami pengertian kurikulum yang dianutnya, sebab penilaian terhadap
kurikulum berarti menyangkut kurikulum sebagai ide, kuriku-lum sebagai rencana,
kurikulum sebagai hasil, kurikulum sebagai proses, dan kurikulum sebagai
hasil dan lain sebagainya.
Berkenaan dengan kemampuan guru sebagai pengembang
kurikulum di sekolah, mka sangatlah relevan uraian-uraian yang dikemukakan di
atas. Dikatakan demikian, karena dalam melaksanakan tugasnya seorang guru
dituntut mampu melaksakan aktivitasnya mulai dari merencanakan kuri-kulum,
melaksanakan kurikulum, dan mampu menilai kurikulum tersebut, sehingga guru
dituntut mampu mengaktualisasikan dirinya dengan seopti-mal mungkin.
Daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar