MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PENTINGNYA
PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PENDIDIKAN
Yang
di susun oleh :
SITTI
ROYATUL KHALILAH
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK
INDONESIA ( STKIP PGRI SUMENEP )
Tahun Akademik : 2012 /
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puja dan puji syukur kehadirat
ilahi rabbi yang telah memberikan taufik dan hidayah-hidayahNya yang berupa
kesehatan kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan
dengan tema” Pentingnya Pengenalan Tentang Anak didik dalam Psikologi pendidikan” . Bakat
motivasi dan dorongannya dari dosen pengampu yang tiada lelah dan letih supaya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu .
Shalawat berangkaikan salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah dari zaman nota menuju zaman toyota,dari
zaman kurma menuju zaman toyota ,dan yang telahn menangkis kita dari jurang
kemistaan menuju alam beradab.
Dan ucapan terimakasi kepada dosen pengampu ,dan teman –teman yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini .Banyaknya air dilaut tidak
menggambarkan rasa maaf yang tiada terkira apabila ada kekeliruan dan kesalahan
apabila terdapat dalam penulisan makalah ini ,karna kesempurnaan hanya milik
Allah SWT .Apabila ada kekuranga itu datangnya dari kami sedangkan kelebihan
sematamata datang dari Allah SWT,saran dan kritik kami harapkan supaya dapat
membangun kami menjadi orang yang lebih baik dimasa depan.
SUMENEP,
10 APRIL 2013
PENULIS
i
DAFTAR ISI
Halaman
Judul...........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar
Isi...................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah
.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan
..................................................................................................................2
BAB II TINJAUANPUSTAKA......................................................................................3
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pentingnya pengenalan
tentang anak didik ...............................................................4
B. Mengenal
Pada Diri Masing-masing Anak Didik ...................................................5
C.
Perbedaan-Perbedaan
Individual ...........................................................................7
BAB IV PENUTUP
·
Kesimpulan .............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai orang tua kita ingin
memberika memberikan pendidikan yang terbaik pada anak-anak kita.dan hal itu
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya memilihkan sekolah yang baik buat
anak-anak kita, mendidik anak sejak dini sebelum masuk ke jenjang pendidikan formal ,menberikan
contoh atau uswah yang baik, menerapkan pola-pola
berfikir ,dan berprilaku yang baik didalam maupun diluar rumah. Seorang
anak adalah amaah yang harus dipertanggungjawwabkan disetiap orangtua,di
arahkan yang baik atau buruk semua ini tergangtung kemanpuan dan pengetahuan
orangtua dalam mendidik dan membimbing anaknya kejalan yang lebih baik demi
terwujudnya cita-cita bersama yaitu bahagia didunia dan di akhirat.Anak-anak
itu, seperti juga anak-anak lainnya,relatif
berbeda dalam keripibadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan
cara berfikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing, para ahli psikologi
dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak (yang kembar
sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis terhadap situasi
belajar mengajar disekolah.keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, kematangan
jasmani , intelegensi, dan keterampilan motor/jasmaniah anak-anak itu,seperti juga anak-anak
lainnya, relatif berbeda dalan berkepribadian sebagaimana yang tampak dalam
berpenampilan dan cara berfikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.Pendidikan selain
merupakan prosedur juga merupaka lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya
individu yang saling berinteraksi .Dalam interaksi antar individu ini baik antar guru dengan para siswa maupun antar
siswa dengan siswanya,terjadi proses dan peristiwa psikologis. Peristiwa
dan proses psikologi ini sangat perlu
untuk dipahami dan dikadikan landasa oleh para guru dalam memperlakukan para
siswa secara tepat.
1
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
memperkenalkan anak akan pendidikan yang sangat penting untuk masa depan dan
kelangsungan kehidupannya?
2. Bagaimana
memperkenalkan pendidikan pada masing – masing anak didik?
3. Bagaimana cara seorang guru dan
orang tua
dalam mendidik anak karena setiap anak berbeda dari segala macam?
C.
TUJUAN
1. Agar
dapat menyadari akan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya untuk dapat
memperbaikinya.
2. Supaya
dapat mengenal cara – cara memperkenalkan pendidikan terhadap anak didik.
3. Supaya seorang guru dan orangtua dalam
mendidik anak membeda-bedakan antara satu anak dengan yang lain.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Para ahli psikologi pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang
anak (yang kembar sekalipun) tak pernah memiliki respons yang sama persis
terhadap situasi belajar-mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin berbeda
dalam hal pembawaan, kematangan jasmani, intelegensi, dan keterampilan
motor/jasmaniah. Anak-anak itu, seperti juga anak-anak lainnya, relatif berbeda
dalam berkepribadian sebagaimana yang tampak dalam penampilan dan cara
berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
pendidikan merupakan iteraksi antara
pendidikan dengan peseta didik,untuk mmencapai tujuan pendidikan ,yang
berlanggsung dalam dunia pendidikan.interaksi pendidikan berfungsi membantu
pengenbangan seluruh potensi,kecakapan dan karakteristik peserta didik ,baik
yangg berkenan dengan segi intelektual,sosial,afektif, maupun fisik metodik
.Perbuatan mendidik di arahkankan pada
pencapaian tujuan sekarang dan yang akan datang, untuk kepentingan
dirinya dan masyarakat,baik sebagai pribadi,warga masyarakat,maupun karyawan.
Dick
dan Carey ( 1990 ) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan yang di gunakan
oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada
prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan
materi atau paket program pembelajaran yang
akan di sampaikan kepada peserta didik.
3
BAB III
PEMBAHASAN
A . PENTINGNYA
PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK
Salah satu tujuan dari pendidikan
adalah menolong anak mengebabkan potensinya semaksimal mungkin , dan karena itu
pendidikan sangat mengutungkan baik bagi anak maupun masyarakat .Anak didik
memandang sekolah sebagai mencarinya sumber “ bekal “ yang akan menbuka dunia bagi mereka .Orang
tua memandang sekolah sebagai tempat dimana
anaknya akan mengembangkan kemampuan. Pemerintah berharap agar sekolah
akan mempersiapkan anak untuk memjadi
warga negara yang baik dan cakap. Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan,
yang menolong anak tidak hanya mengenal diri serta kemanpuan tetapi juga
mengenal dunia disekitarnya. Dalam hal ini agar dapat menolong anak ia harus
dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks( situasi ) hidupnya dimana ia
hidup.Tanpa pengenalan tidap mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk
mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang benar yang
berhasil harus didasarkan pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang di
bimbingannya.
Hasil
penelitian para pakar psikologi pendidikan dan ahli – ahli instruksional
menemukan bahwa otak kanan anak belum banyak di libatkan dalam proses
pembelajaran. Kurikulum pendidikan di Indonesia belum menyentuh bagaimana
menggali potensi siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran banyak bersifat
konstruktif dengan menekankan pada gambaran dominan kognitif. Hal ini bisa
terlihat dari sistem pendidikan kita yang masih lebih banyak mengandalkan
hafalan dan ukuran keberhasilan siswa di tentukan oleh bagaimana kemampuan
siswa menuliskan jawaban atau memilih pilihan jawaban secara objektif dari
masalah yang di hadapkan kepada siswa.
Dikatakan
pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa dengan
pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran namun pengaruh
suatu pembelajaran dalam belajar hasil lebih sering menguntungkan dan biasanya
mudah di amati. mengajar di artikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan
situasi yang mampu merangsang untuk belajar.
4
B
. MENGENAL PADA DIRI MASING-MASING ANAK
DIDIK
Dalam
hal mendidik anak didik, kita harusmengenal dan memahami hal-hal yang terdapat
pada semua anak tanpa terkecuali dan hal-hal yang unik dan khusus. Dlam hakekat
islam anak adalah amanah anak memiliki keterkaitan realitas empiris sensual dan
trancenderal faktor-faktor yang mendukung dalam berkembang pendidikan anak
didalam pengenalan anak didik dalam psikologi.Diantaranya
1. Empiris
Sosial Psikologi
Empiris
sosisal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak
didalam ataupun di luar rumah yang sangat berpengaruh dalam perkendalian
pendidikan anak adalah keluarga. Keluarga adalah komponen utama yang membina
dan membentuk anak menjadi yang lebih baik. Kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki orang tua membantu pendidikan dalam rumah tangga sangatlah penting
dalam pengenalan anak didik.
Orang tua adalah ujung tombak keluarga dalam
mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki oleh seorang anak, baik itu
perrkembangan fisik manpun perkembangan di bidang keilmuan. Orang tua yang mengarahkan
anak mau dijadiakn seperti apa anak kita? Ketika ornang tua dari awal sudah
salah mendidik dan membimbing anak maka ketika tumbuh berkembang akan tumbuh
seperti didikan orang tuanya yang salah.
2. Empiris
Trancendel
Dalam
perkembangan empirirs trancendel ini guru adalah ujung tombak dalam mengatur,
mengarahkan dan membimbing anak didik ke jalan yang lebih baik sesuai dengan
tujuan pendidikan ynag telah dicanangkan
bersama.
Anak adalah seorang yang berada pada sesuatu
masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi menjadi dewasa. Dalam hal ini
seorang guru mengenal anak didiknya agar tujuan pendidikan yand dicanagkan
bersama dapat terealisasi dengan baik di
lingkungan masyarakat.
5
Teori yang menyatakan bahwa perkembangan
seorang individu akan ditentukan oleh empirisnya atau pengalaman-pengalamannya
yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Menurut teori ini individu yang
dilahirkan itu seperti kertas putih bersih yang belum ada tulisannya yanng
dikemukakan oleh John Mocke. Tulisan itu akan ada seiring dengan penagalaman
hidup mereka sesuai dengan apa yang diperbuat (apa yang salah dan apa yang
benar ). Dalam diri seorang anak pasti ada kecenderungan untuk mementingkan
dirinnya sendiri dari pada orang lain. Tapi jiwa seorang amat berharga sampai
ada ungkapan dari orang tua ketika melihat anaknya terluka ( lebih baik aku
yang sakit dan terluka dari pada kamu anakku ).
3. Anak
pada Hakikatnya Baik
Hakikatnya
seorang anak itu baik, tetapi seirirng perjalanan waktu akan terpenagruh oleh
lingkungan baik itu di rumah, sekolah dan tempat bermain. Anak itu bagaikan
sebuah bintang yang bersinar tetapi akan redup ketika orang tua dan guru kurang
memberikan didikan yang baik. Ketika seorang anak berperilaku menyimpang atau
nakal, berarti ada masalah dalam pendidikan dan pengalaman yang dia peroleh
seperti kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya karena
kesibukan masing-masing, sehingga anak bertingkah menyimpang untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain. Dan juga di sekolah umpanya dia dikucilkan atau
tidak mendapatkan perrhatian dan arahan yang baik dari pendidik maka akan
berakibat dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Tetapi ketika seorang anak
mendapatkan perhatian dan bimbingan yang baik dari orang tua ataupun pendidik
maka seorang anak akan berprilaku yang baik sesuai dengan pengalaman ditambah
ilmu pengetahuan yangg diperolehnya.
4. Kebutuhan
Pokok Anak
Setiap
anak mempunyai kebutuhan pokok yang berbeda-beda dengan kebutuhan pokok orang
dewasa. Kebutuhan pokok anak masih bersifat emosinal dan bermain, ketika
kebutuhan pokok anak tidak terpenuhi maka akan terjadi masalah tertentu. Anak
biasanya jarang mempedulikan soal makan tetapi makan snack/makanan ringan yang
selalu diinginkan kebutuhan pokok anak seperti halnya : kesenangan bermain
permainan, kesenagan akan makanan yang disukainya, kecenderungan dengan teman
bermainnya.
6
Orang tua harus jeli dalam memenuhi kebutuhan
pokok anak. Ababila orang tua mampu mengerti akan kebutuhan pokok anak yang di
kemas dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari ditambah dengan ilmu
pengetahuan maka anak akan tambah berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Kebutuhan pokok anak dibagi atas tiga aspek : 1. kebutuhan jasmani, 2.
kebutuhan rohani ( pscyhologis ), 3. kebutuhan rohani.
5. Anak
Didik Tidak Boleh Diukur oleh Kemampuan Pendidikan
Seorang
pendidik adalah ujung tombak perkembangan anak selain orang tua untuk menjalani
kehidupan di masa depan.
Seorang
pendidik dituntut kesabaran dan keuletan dalam mendidik seorang anak karena
setiap anak memilki potensi-potensi yang berbeda. Seorang guru harus bisa
memberikan pelajaran yang mudah dipahami dan diperhatikan oleh seorang anak
didik. Seorang anak didik pasti memilki tinkat kebosananyangb berbeda dalam hal
menerima pelajaran di dalam kelas.
Dalam
menyuntikkan pelajarannya, harus dengan cara yang menyenangkan supaya dapat diserap
dengan baik oleh seorang anak memilki tingkat kemampuan dalam menerima
pelajaran ke otaknya. Ada yang mudah menyerap pelajaran, sedang dan ada yang
sulit menyerap pelajaran. Jadi seorang pendidik tidak boleh menyamakan dirinya
dengan seorang anak didik dalam mentrasnfer ilmunya meskipun anak tersebut
pandai.
C.
PERBEDAAN – PERBEDAAN INDIVIDUAL
Setiap
anak mempunyai perbedaan baik dari segi fisik, emosi, rohani maupun kecerdasan.
Kepribadian dan motivasi cenderung menentukan penyesuaian diri dan performansi
akademik anak, seperti halnya : beberapa siswa tidak mau mengambil resiko
mencoba menghadapi tugas – tugas ataupun sesuatu yang baru karena takut gagal
dan salah. Itu adalah pemikiran yang sangat dangkal yang harus bisa
diubah, oleh seorang pendidik dengan
cara yang kreatif dan dapat memotivasi anak untuk mencoba sesuatu yang baru supaya
tidak takut gagal dan salah.
Oleh
karena itu kegagalan, sesuatu yang sangat indah karena dengan kegagalan itu
kita tidak dapat menyerah dan ingin mencobanya lagi. Fikiran setiap anak didik
berbeda
7
dalam
menangkap sesuatu yang baru,bias positif ataupun negative, maka peran dan
motivasi seorang pendidik dapat mempengaruhinya. Yang sesuai dengan tujuan
pendidikan mencerdaskan anak bangsa, cerdas bukan hanya secara fisik tetapi
juga secara rohani. Menurut Attinson dan Feather mengembangkan modal yang
sangat berguna untuk menjelaskan disintegrasi motivasi siswa untuk berhasil
belajar ketika pengalaman belajar masa lampau menyebabkan merasa tak senang dan
takut akan gagal. Dari McCelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai
prestasi atau Need for Achievement (
N.Ach ) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda – beda, sesuai dengan kekuatan
kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McCelland karakteristik orang yang
berprestasi tinggi ( high achievers ) memiliki tiga ciri umum yaitu :
1. Sebuah
presensi untuk mengerjakan tugas – tugas dengan derajat kesulitan moderat.
2. Menyukai
situasi _ situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya – upaya mereka
sendiri, dan bukan karena factor – factor lain, seperti kemujuran misalnya.
3. Menginginkan
umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, di bandingkan dengan
mereka yang berprestasi tinggi.
Factor
– factor penting dari kepribadian dan motivasi yang mempengaruhi keberhasilan
dalam situasi belajar ;
1. Self
concept ( konsep diri )
2. Locos
of control ( pengendalian terhadap sesuatu )
3. Kecemasan
yang dialam oleh anak didik
4. Motivasi
hasil belajar
Menurut
freud ( calvin S. Hall & Lindzey,
1993 ) self atau ego merupakan eksekutif
untuk mengontrol tindakan ( prilaku 0 dengan mengikuti prinsip kenyataan
atau rasional, untuk membedakan hal – hal terdapat dalam batin seseorang dengan
hal – hal yang terdapat dalam dunia luar. Rogers mengemukakan tentang konsep
selfyang merupakan gabungan dari tiga unsur :
1. Bagaiamnan
seseorang atau orang lain meliha tentang dirinya.
2. Bagaiman
kenyataan tentang dirinya
3. Apa
yang di cita – citakan tentang dirinya.
Telah
di kemukakan diatas bahwa self melibatkan kepercayaan, sikap, perasaan, dan
cita – cita. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan, sikap, perasaan,
dan cita – citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya,
terutama kesehatan mentalnya. Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan
perasaan tertentu terhadap dirinya. Sikap akan di wujudkan dalam bentuk
penerimaan atau penolakan
akan dirinya, sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak
akan keadaan dirinya. Sikap terhadap dirinya
berkaitan dengan pembentukan harga diri ( penilaian diri ), yang menurut Maslow
merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Betapa
pentingnya setiap orang untuk dapat membangun dan memenuhi kebutuhan harga diri
secara realistic, melalui pengembangan segenap potensi yang dimilikinya hingga
menjadi sebuah prestasi. Orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk
dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak (siswanya), melalui pemberian kasih
sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan
sehat, yang didalamnya terkandung perasaan harga diri yang stabil dan mantap.
Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasilitator.
Persepsi
seseorang terhadap dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya
untuk mendapatkan gambaran umum tentang dirinya yang berkembang sesuai dengan
umur dan pengaruh lingkungan. Menurut Rotter, Locus of control mempunyai dua
dimensi, yaitu dimensi eksternal dan dimensi internal. Dimensi eksternal akan
menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada di luar diri si
pelaku. Orang tua yang dominan, terlalu melarang, mengecam, mengakibatkan orang
tuanya mempunyai sifat gerogi, curiga, dan rasa permusuhan. Sedangkan dimensi
internal melihat bahwa tanggung jawab segala perbuatan itu berada pada diri
sendiri si pelaku.
Orang tua yang sangat mendorong, membantu,
mengharap anak segera dapat berdiri sendiri di usia muda, yang membuat
kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang dikaitkan dengan ketakutan.
Jenis ketakutan:
1. Takut
akan situasi sekolah
2. Takut
aspek khusus lingkungan sekolah
3. School
phobia
9
Kecemasan
dapat dirasakan oleh setiap anak didik, seperti anak pandai akan gelisah
ataupun cemas ketika akan menghadapi ujian atau teks tidak terkecuali anak yang
sedang dan kurang pandai. Rasa cemas hilang, ketika orang tua dapat memberikan
dorongan atau motivasi. Attinson dan feather (1966) menyatakan bahwa situasi
kompetitif timbul karena: keinginan untuk berhasil dan keinginan untuk tidak
gagal.
10
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pentingnya
pengenalan anak didik dalam psikologi pendidikan merupakan sesuatu yang sangat
vital untuk kita bahasbersama.Anak mempunyai intuisi untuk menangkap suasana,
dari cara orang tua bergaulin tuk menujuTuhan,
Anak akan menangkap keberadanTuhan.Pengenalan pendidikan tidak hanya secara
jasmani, tetapi juga secara rohani supaya proses belajar akan tercapai tujuan dari
pendidikanya itu bahagia di duniadan di akhirat dengan memilik iilmu dan pengetahuan
yang luas dan bermanfaat. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita di
hadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beranekaragam. Ada siswa yang
dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan,
namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajar mengalami
kesulitan. Kesulitan belajar siswa di tunjukkan oleh adanya hambatan – hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiolis,
maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar
yang di capainya berada di bawah semestinya.Dalam pengenalan pendidikan seorang
guru ataupun orang tua biasa mengenalkannya sejak kecil dalam kehidupannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Yudhawati,
Ratna, S.Psi., M.Psi. & Dany Haryanto, S.S. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi
Pustakarya.
Islamuddin,
Haryu. 2011. Psikologi Pendidikan.
Jember: STAIN Jember Press.
Drs.
Soemanto, Wasty, M.Pd. 2006. Psikologi
Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof.
Dr. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
iii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar