BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Tipe dan Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa
a. Tipe Perkembangan Bahasa
Ada dua tipe
perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut :
1. Egocentric
Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya
sendiri (monolog).
2. Socialized
Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak
antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi
kedalam lima bentuk: (a) adapted
information, disini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama
yang dicari, (b) critism, yang
menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman), (d) question (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban).
Berbicara
monolog (egocentric Speech) berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh
anak berusia 2-3 tahun; sementara yang “sociazed
speech” mengembangkan kemampuan penyesuaian social (social adjustment).
b. Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa
Dalam berbahasa,
anak dituntut untuk mentuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu
sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil mentuntaskan tugas yang
satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat
tugas itu adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman,
yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang
lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya. Tetapi dengan memahami
kegiatan/gerakan atau gesture-nya
(bahasa tubuhnya).
2. Pengembangan
Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan
kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama,
kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat
setelah anak masuk sekolah.
3. Penyusunan
Kata-kata
Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya
berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat
tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai: “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak
menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu
berarti “tolong ambilkan bola untuk saya”. Seiring dengan meningkatnya usia
anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin
panjang dan kompleks. Menurut Davis, Garrison & McCarthy ( E. Hurlock,
1956) anak yang cerdas, anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada,
bentuk kalimat yang diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan
dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga
miskin.
4. Ucapan.
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama
orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum
dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak
dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga
tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak
mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah
diucapkan yaitu huruf hidup (vokal): i, a, e, dan u dan huruf mati (konsonan):
t, p, b, m, dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal: z,
w, s, dan g, dan huruf mati rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.
1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
pada Peserta Didik
Berbahasa
terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu, perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-Faktor itu adalah :
1.
Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin
matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman dan meningkat kebutuhannya.
Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan
kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin
sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan
cara berkomunikasi dengan baik.
2.
Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa
dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula
perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil
menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan.
Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti
kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
3.
Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang
bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan
motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan
kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi
perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik
dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain, amat
dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4.
Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial
ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh
anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan
keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan
perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak
terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
5.
Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini dimaksudkan
kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya
untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, atau organ suara tidak sempurna
akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu
perkembangan dalam berbahasa.
1.3
Indikator
serta Proses Perkembangan Bahasa
a. Indikator
perkembangan bahasa
Bahasa dapat berbentuk lisan, atau
tulisan dengan mempergunakan tanda (coding),
huruf (alphabetic), bilangan (numerical atau digital), bunyi, sinar
atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (words)
atau kalimat (sentences). Mungkin
pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing,
picture), gerak-gerik (gestures)
dan mimic serta bentuk-bentuk symbol ekspresif lainnya.
Kita dapat memahami perkembangan
bahasa dengan mengidentifikasikan beberapa indikatornya antara lain : jumlah
perbendaharaan kata (vocabulary),
jenis, struktur dan bentuk kalimat, isi yang dikandungnya; gambar atau lukisan,
bentuk gerakan-gerakan tertentu yang bersikat ekspresif. Dengan menggunakan
berbagai indicator tersebut maka dapatlah dideskripsikan perkembangan bahasa
pada manusia itu, sebagai berikut :
1. Pada
masa bulan pertama dari masa bayi, individu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan lingkungannya secara spontan dan instinktif secara positif (menerima, meraih,
atau mendapat benda-benda atau suara yang menyenangkan, misalnya botol susu
hangat, belaian suara ibu, dan sebagainya); bahasa mimic (senyuman dan tawa):
bahasa emosional ekspresif (menangis kalau lapar, kedinginan, atau mendengar
suara keras, meraba, dan sebagainya).
2. Pada
masa enam bulan kedua dari masa bayi, bahasa sensori-motorik tersebut berangsur
berkurang, sedangkan bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk dengan
dapatnya meniru kata-kata tertentu yang diucapkan orang disekitarnya (meskipun
mungkin ia sudah dapat membuat kalimat satu kata, misalnya: mama, mamam (kalau
ia merasa lapar atau melihat botol susu atau makanan, dan sebagainya).
3. Pada
masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan menguasai sejumlah perbendaharaan
kata-kata (vocabulary); usia sekitar
3-4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 dan pada usia 6-7 tahun mencapai 2.500
kata, bahkan dapat diduga lebih dari jumlah tersebut (Lefrancois, 1975; 186; Crow
& Crow, 1956:65).
4. Pada
masa anak sekolah, dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi
dengan orang lain, maka pada periode 6-8 tahun ia dengan senang hati sekali
membaca atau mendengar dongen fantasi; usia 10-12 tahun gemar cerita yang
bersifat kritis (tentang perjalanan, riwayat para pahlawan, dan sebagainya).
5.
Pada masa remaja awal, mereka senang
menggunakan bahasa sandi, atau bahasa rahasia yang berlakku pada gangnya
sehingga banyak menimbulkan kepenasaran (coriousity)
pihak luar mereka untuk berusaha memahami nya; perhatiannya kea rah mempelajari
bahasa asing mulai berkembang.
b. Proses
perkembangan bahasa
Para ahli sependapat bahwa
pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh factor-faktor latihan
dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement
(Lefrancois, 1975).
Meskipun isi dan jenis bahasa yang
dipelajari manusia itu berbeda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan
yang bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa itu, ialah mulai
dengan meraba, lalu bicara menolong (pada dirinya atau benda mainannya), haus
nama-nama, kemudian gemar bertanya (apa, mengapa, bagaimana, dan sebagainya)
yang tidak selalu harus dijawab; membuat kalimat sederhana (satu, dua atau tiga
kata), bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca dan menggambar
permulaan).
1.4
Pengaruh
Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Berpikir adalah daya yang paling utama
dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat
berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sementara hewan tidak. “Bahasa” hewan
bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. “Bahasa” hewan adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan
diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Dengan bahasa manusia dapat memberi nama
kepada segala sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Semua
benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal lain yang abstrak, diberi nama. Dengan
demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya,
menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman kemudian diolahnya
(berfikir) menjadi pengertian-pengertian.
Dengan singkat, karena memiliki dan
mampu berbahasa maka manusia berpikir. Bahasa adalah alat yang terpenting bagi
berpikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir. Karena eratnya hubungan
antara bahasa dan berpikir itu, Plato pernah mengatakan dalam bukunya Sophistes
“berbicara itu berpikir yang keras (terdengar), dan berpikir itu adalah
“berbicara batin”.
Kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa
kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya,
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah
kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang
baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi
berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui
bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses
berpikir yang abstrak. Ketidak tepatan menangkap arti bahasa akan berakibat
ketidak tepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih
lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar.
Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam
bahasa.
1.5
Perbedaan
Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut
Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984: 70) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki
kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor
lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa
sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya
sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang
berbeda-beda.
Berpikir
dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan
bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual
anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai
dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa
berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan
merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai
dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan
yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
1.6
Karakteristik
Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa
remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar
dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi
lingkungan. Lingkungan remaja mancakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan
khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang
dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Perkembangan
bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan
dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam
perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak
(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga
pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang
benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu
pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan system
budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat
(teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat
khusus, seperti istilah “baceman” di
kalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa
“prokem” tercipta secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh
lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan
yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai
dengan tingkat social keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan
berpendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar,
bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang “kasar”. Masyarakat terdidik
yang pada umumnya memiliki status social lebih baik, akan menggunakan
istilah-istilah lebih efektif, dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa
secara lebih baik.
1.7
Upaya Pengembangan
Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Kelas
atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik
kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan
strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan
kemampuan anak.
Pertama,
anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah
diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan
cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua,
berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan
menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara
tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah
dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid
mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah
dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan
bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun
tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan
model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk
diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan
di sekolah maupun dirumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar