film

Senin, 07 April 2014

Tipe dan Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa


BAB III
PEMBAHASAN
1.1              Tipe dan Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa
a.       Tipe Perkembangan Bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut :
1.      Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2.      Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi kedalam lima bentuk: (a) adapted information, disini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah),  request (permintaan) dan threat (ancaman), (d) question (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban).
Berbicara monolog (egocentric Speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun; sementara yang “sociazed speech” mengembangkan kemampuan penyesuaian social (social adjustment).
b.      Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk mentuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil mentuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut :
1.      Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya. Tetapi dengan memahami kegiatan/gerakan atau gesture-nya (bahasa tubuhnya).
2.      Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.      Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai: “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “tolong ambilkan bola untuk saya”. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks. Menurut Davis, Garrison & McCarthy ( E. Hurlock, 1956) anak yang cerdas, anak wanita dan anak yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang diucapkannya itu lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari keluarga miskin.
4.      Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal): i, a, e, dan u dan huruf mati (konsonan): t, p, b, m, dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal: z, w, s, dan g, dan huruf mati rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr. 

1.2              Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa pada Peserta Didik
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-Faktor itu adalah :
1.   Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
2.   Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
3.   Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4.   Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan  anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
5.   Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya  untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, atau organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu perkembangan dalam berbahasa.

1.3              Indikator serta Proses Perkembangan Bahasa
a.    Indikator perkembangan bahasa
Bahasa dapat berbentuk lisan, atau tulisan dengan mempergunakan tanda (coding), huruf (alphabetic), bilangan (numerical atau digital), bunyi, sinar atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (words) atau kalimat (sentences). Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan (drawing, picture), gerak-gerik (gestures) dan mimic serta bentuk-bentuk symbol ekspresif lainnya.
Kita dapat memahami perkembangan bahasa dengan mengidentifikasikan beberapa indikatornya antara lain : jumlah perbendaharaan kata (vocabulary), jenis, struktur dan bentuk kalimat, isi yang dikandungnya; gambar atau lukisan, bentuk gerakan-gerakan tertentu yang bersikat ekspresif. Dengan menggunakan berbagai indicator tersebut maka dapatlah dideskripsikan perkembangan bahasa pada manusia itu, sebagai berikut :
1.   Pada masa bulan pertama dari masa bayi, individu berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya secara spontan dan instinktif secara positif (menerima, meraih, atau mendapat benda-benda atau suara yang menyenangkan, misalnya botol susu hangat, belaian suara ibu, dan sebagainya); bahasa mimic (senyuman dan tawa): bahasa emosional ekspresif (menangis kalau lapar, kedinginan, atau mendengar suara keras, meraba, dan sebagainya).
2.   Pada masa enam bulan kedua dari masa bayi, bahasa sensori-motorik tersebut berangsur berkurang, sedangkan bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk dengan dapatnya meniru kata-kata tertentu yang diucapkan orang disekitarnya (meskipun mungkin ia sudah dapat membuat kalimat satu kata, misalnya: mama, mamam (kalau ia merasa lapar atau melihat botol susu atau makanan, dan sebagainya).
3.   Pada masa kanak-kanak, individu sudah mengenal dan menguasai sejumlah perbendaharaan kata-kata (vocabulary); usia sekitar 3-4 tahun perbendaharaannya sekitar 300 dan pada usia 6-7 tahun mencapai 2.500 kata, bahkan dapat diduga lebih dari jumlah tersebut (Lefrancois, 1975; 186; Crow & Crow, 1956:65).
4.   Pada masa anak sekolah, dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka pada periode 6-8 tahun ia dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongen fantasi; usia 10-12 tahun gemar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan, riwayat para pahlawan, dan sebagainya).
5.   Pada masa remaja awal, mereka senang menggunakan bahasa sandi, atau bahasa rahasia yang berlakku pada gangnya sehingga banyak menimbulkan kepenasaran (coriousity) pihak luar mereka untuk berusaha memahami nya; perhatiannya kea rah mempelajari bahasa asing mulai berkembang.
b.   Proses perkembangan bahasa
Para ahli sependapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh factor-faktor latihan dan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement (Lefrancois, 1975).
Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia itu berbeda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan yang bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa itu, ialah mulai dengan meraba, lalu bicara menolong (pada dirinya atau benda mainannya), haus nama-nama, kemudian gemar bertanya (apa, mengapa, bagaimana, dan sebagainya) yang tidak selalu harus dijawab; membuat kalimat sederhana (satu, dua atau tiga kata), bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan).

1.4              Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sementara hewan tidak. “Bahasa” hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. “Bahasa” hewan adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal lain yang abstrak, diberi nama. Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman kemudian diolahnya (berfikir) menjadi pengertian-pengertian.
Dengan singkat, karena memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berpikir. Bahasa adalah alat yang terpenting bagi berpikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir. Karena eratnya hubungan antara bahasa dan berpikir itu, Plato pernah mengatakan dalam bukunya Sophistes “berbicara itu berpikir yang keras (terdengar), dan berpikir itu adalah “berbicara batin”.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya, kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidak tepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidak tepatan dan kekaburan  persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.

1.5              Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984: 70) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar  makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa  mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan  bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan  yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

1.6              Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mancakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan system budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah “baceman” di kalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa “prokem” tercipta secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat social keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang “kasar”. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status social lebih baik, akan menggunakan istilah-istilah lebih efektif, dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.

1.7              Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa  lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar