film

Senin, 07 April 2014

Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan peserta didik.


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah satunya faktor eksternal. Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu faktor lingkunag sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial terbentuk dari lingkungan keluarga, guru, dan masyarakat. Sedangkan lingkungan nonsosial terbentuk dari sarana dan prasarana. Anak belajar untuk menjalani kehidupan melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak terbentuk. Walaupun ada juga faktor lain yang mempengaruhi proses terbentuknya perilaku dan pribadi anak seperti halnya sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standart kompetensi. Lingkungan yang kedua setelah lingkungan keluarga di kenal anak adalah sekolah.
Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian anak didik. Di sekolah siswa melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai keberhasilan belajar.  Banyak di desa-desa yang kondisi lingkungannya sangat tidak layak untuk proses belajar mengajar peserta didik sehingga bakat yang ada pada anak tidak dapat tersalurkan dengan baik. Dalam proses belajar muncul sikap dan perilaku siswa yang mengganggu proses belajarnya di kelas. Perilaku siswa yang mengganggu proses belajar mengajar tersebut perilakunya menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut ada yang berpengaruh terhadap dirinya sendiri dan ada yang berpengaruh pada orang lain. Perilaku menyimpang siswa dapat merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Perilaku menyimpang pada siswa dapat menjadi masalah pada diri siswa saat ini dan pada saat yang akan datang.
Dalam Pengaruh lingkungan sosial tidak dapat menjamin peserta didik untuk bisa mengembangkan minat dan bakat yang harus di milikinya karena faktor nonsosial mempunyai pengaaruh yang kuat. Lingkungan nonsosial yang kurang baik membuat anak malas dalam proses belajar sehingga kecenderungan peserta didik hanya diam dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru.

B.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap perkembangan peserta didik?
2.      Bagaimana usaha mengatasi dampak negative dari lingkungan terhadap perkembangan peserta didik?

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perkembangan peserta didik.
2.    Untuk mengetahui usagha mengatasi dampak negative dari lingkungan terhadap perkembangan peserta didik.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengaruh  lingkungan terhadap perkembangan peserta didik.
Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu:lingkungan sosia

a.    Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak, sekolah berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan aspek intelektual dan kognisi  anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan emosi.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang belum dimiliki. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak.[1]
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang istimewah. Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah dipahami karena beberapa alasan berikut ini:
1.    Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak.
2.    Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3.    Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4.    Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-buat. 
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant. Di sini lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku tersebut. Karena itu tidaklah mengherankan kalau Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989 menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.
Selanjutnya, Radin menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan orang tua dalam mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut ini.
1.    Permodelan perilaku (modeling of behavior). Baik disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Imitasi bagi anak tidak hanya yang baik-baik saja yang diterima oleh anak, tetapi sifat-sifat yang jeleknyapun akan dilihat pula.
2.    Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments). Orang tua mempengaruhi anaknya dengan cara memberikan ganjaran terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan oleh anaknya dan memberikan hukuman terhadap beberapa perilaku lainnya.[2]
3.    Perintah langsung (direct instruction).
4.    Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules).
5.    Nalar (reasoning). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua biasa mempertanyakan  kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya.
6.    Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana (providing materials and sttings). Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan keluarganya. Karenaya, keharmonisan keluarga menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya suasana rumah. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang sama juga akan dilakukan anak bersangkutan.
Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan membiasakan berbuat dan bertingkah laku baik manakala di dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik fisik maupun psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran, ketidakjujuran, kekerasan, baik dalam hubungan sesama anggota keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar rumah.
Demikian pula status sosio-ekonomi. Status sosio-ekonomi, dalam banyak kasus menjadi sangat dominan pengaruhnya. Ini sekaligus menjadi latar mengapa anak-anak tersebut memutuskan terjun ke jalanan. Namun selain faktor tersebut (ekonomi), masih ada penyebab lain yang juga akan sangat berpengaruh mengapa anak memutuskan tindakannya itu, yakni peranan lingkungan rumah, khususnya peranan keluarga terhadap perkembangan nilai-nilai moral anak, dapat disingkat sebagai berikut:
1)   Tingkah laku orang di dalam (orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan yang dapat diamatinya.
2)   Melalui larangan-larangan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik, anjuran-anjuran untuk dilakukan terus terhadap perbuatan-perbuatan yang baik misalnya melalui pujian dan hukuman.
3)   Melalui hukuman-hukuman yang diberikan dengan tepat terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik atau kurang wajar diperlihatkan, si anak menyadari akan kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan akibat perbuatan-perbuatannya.[3]

b.   Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Contoh : kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-[4]tempat yang sebenarnya tidak pantas di kunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan yang seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

B.     Usaha mengatasi dampak negative dari lingkungan
Dampak negative dari lingkungan bisa terjadi dari beberapa aspek, yaitu:
a.    Keluarga
Pengaruh keluarga dapat menurunkan kemampuan mental anak  dimulai dari dalam kandungan yaitu kurangnya gizi, terserang infeksi, mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, sering minum alkohol, atau kerap terpapar pada polusi, maka anaknya memiliki resiko mengalami ketidakmampuan dan ber-IQ rendah.  Selain itu lingkungan keluarga yang tidak sehat seperti adanya pertengkaran,   perselisihan dan kurangnya kasih sayang orang tua (perceraian), juga dapat mengurangi fungsi mental anak. Sehingga usaha untuk meningkatkan fungsi mental anak yaitu:
1)   Harus memberikan contoh yang baik bagi anak supaya anak dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya.
2)   Memberikan kasih sayang penuh tanpa membanding-bandingkan dengan anaknya lain.
3)   Memberikan dukungan penuh (pendekatan) terhadap bakat dan minat anak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

b.   Lingkungan sekolah
Pengaruh lingkungan sekolah dapat berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik ketika seorang guru tidak mengetahui karakter setiap siswanya. Selain itu, pengaruh teman juga sangat mempengarui dalam mencari jati diri sendiri. Dalam hal ini seorang guru harus bisa mengetahui karakter setiap siswa agar dapat mengetahui bakat dan minat dalam diri anak. Maka seorang guru harus interaksi dengan anak didiknya agar dapat mengontrol kenakalan anak didiknya antar teman. Sedangakan usaha untuk mengatasi dampak negatif dari teman yaitu harus pintar mengontrol diri supaya tidak terjerumus pada kenakalan remaja.[5]



c.    Masyarakat
Pengaruh masyarakat dapat berdampak negatif terhadap perkembangan anak didik ketika lingkungan sekitar tidak sehat, misalkan di lingkungan masyarakat yang bermoral tidak baik sehingga anak akan mengikuti keadaan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu usaha untuk mengatasi dampak negatif yang tejadi pada lingkungan tersebut harus pihak keluarga yang selalu mendidik anak tersebut dengan baik. Lingkungan masyarakat dapat berperan membentuk karakter anak. Misalnya lingkungan tempat tinggal di asrama polisi atau tentara, anak-anak yang tinggal disana cenderung lebih berani karena mereka merasakan adanya label dari orangtuanya. Mereka juga besikap lebih semena-mena kepada teman-temannya yang lain. Lingkungan yang seperti ini akan membentuk karakter anak menjadi keras, pribadi yang galak, apa yang dia inginkan harus segera terlaksana, ataupun dengan memilih tinggal di tengah-tengah kota besar, yang mana sesama tetangga tak saling mengenal satu sama lain lingkungan yang seperti ini dapat membentuk karakter yang tidak baik juga pada anak, anak jadi terbiasa untuk tidak peka terhadap orang lain, merasa tidak memerlukan orang lain dalam hidupnya, sikap individualismenya juga akan sangat terlihat.[6]
 Lingkungan masyarakat juga dapat berpengaruh sebaliknya yaitu berpengaruh baik bagi anak Anda. Misalnya dengan memilih tinggal di sebuah perkampungan di pinggiran kota. Di lingkungan tersebut terdapat masjid, para remajanya pun aktif dan antusias dalam kegiatan-kegiatan syiar agama untuk masyarakat sekitar, baik orangtua, remaja bahkan anak-anak kecil. Suasana lingkungan menjadi hidup dinamis, agamis, harmonis serta menyenangkan hati masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut. Anak-anak membentuk karakter yang sopan, santun, beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia yang berjiwa sosial.



d.   Media massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi perilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah perilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat berpengaruh adalah media massa saat ini berkembang semakin canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. Media elektronik antara lain televisi. Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya.
 Usaha yang digunakan untuk mengatasi dampak negatif tersebut, oran tua lah yang berperan penting dalam megontrol anak sehingga seorang anak tidak salah dalam mendapatkan informasi dari media massa. Saat ini ada jutaan informasi yang dapat diperoleh dengan mudah melalui internet hanya dalam hitungan detik saja. Bahkan, kementrian pendidikan pun telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik yang dapat di download oleh semua pengguna internet. Hal ini tentunya dapat membantu siswa dalam belajar dan mendapatkan buku tambahan selain yang digunakan di sekolah.


BAB III
PENUTUP

a.    Kesimpulan
Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Faktor eksternal terdiri dari 2 macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan lingkungan nonsosial yaitu sarana dan prasarana.
Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan peserta didik tidak hanya dari lingkungan sosial tetapi dari lingkungan nonsosial yang membuat mental anak didik terarah dari pengaruh lingkungan nonsosial. Dan usaha yang di lakukan untuk mengatasi dampak negatif terhadap perkembangan anak yang bersumber dari keluarga, karena anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010),
Carole Wade, Psikologi Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2007),
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/pengaruh-lingkungan-terhadap-karakter-anak-463621.html








[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010 ), hal 135
[3] Muhibbin Syah, Op, Cit, hlm. 135, dan Carole Wade, Psikologi Jilid 1, ( Jakarta: Erlangga, 2007 ), hlm. 101-102
[5] http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/pengaruh-lingkungan-terhadap-karakter-anak-463621.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar