film

Minggu, 26 Mei 2013

Hutan tropis

B.     Hutan tropis
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat di pisahkan.  Indonesia terletak di daerah tropik, sehingga hutan yang ada bertipe hutan tropic. Hutan tropis tidak homogen, melainkan sangat heterogen, yaitu terdiri atas berbagai jenis biota yang perkembangan dan terbentuknya hutan sangat di pengaruhi oleh faktor iklim dan tanah. Hutan hujan tropis terdapat di wilayah yang selalu beriklim basah, tanah podsol, latosol, aluvial, dan regosol
                                                                  16
dengan rainase baik dan terletak cukup jauh dari pantai. Hutan tropic memiliki ciri, yaituterdapat pada daerah beriklim basah, tanah kering, pedalaman, dan berupa hutan campuran di dominansi oleh pohon – pohon yang selalu hijau.
Tipe – tipe hutan tropis menurut iklim di Indonesia :
1.      Hutan hujan tropis
Hutan hujan tropik merupakan bentuk hutan klimaks  utama dari hutan – hutan di dataran rendah yang mempunyai tiga stratum ( lapisan tanduk ). Curah hujan di daerah tersebut 2.000 – 4.000 mm per tahun, suhu udara 25 - 27 ® C, dan rata – rata kelembapan relative udara 80 %. Pepohonan tertingggi pada hutan hujan tropik dapat mencapai 40 – 55  meter. Hutan hujan tropic terdapat stratifikasi tajuk pohon dari berbagai spesies pohon yang berbeda ketinggaiannya. Tajuk pohon yang bersatu dan rapat di tambahkan dengan adanya tumbuh – tumbuhan pemanjat yang menggantung dan menempel pada dahan pohon, misalnya rotan, anggrek, dan paku – pakuan. Hal itu menyebabkan sinar matahari tidakdapat menembus sampai ke lantai hutan. Hal itu juagamenyebabkan tidak memungkinkan semak – semak tumbuh dan berkembang, kecuali jenis cendawan yang suka hidup di tempat yang kurang cahaya.
Ciri – ciri khas tersebut di miliki oleh hutan hujan tropic. Di Indonesia hutan hujan tropic terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Hutan tersebut mempunyai  lebih kurang 3.0000 jenis pohon besar dan termasuk ke dalam 450 marga atau genus. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, hutan hujan tropic di bedakan menjadi tiga zona :
1.      Zona 1 = 0 – 1.000 m dari permukaan laut di sebut hutan hujan bawah.
2.      Zona 2 = 1.000 – 3.300 m dari permukaan laut di sebut hutan hujan tengah.
3.      Zona 3 = 3.300 – 4.100 m dari permukaan laut di sebut hutan huajn atas.

1.      Zona hutan hujan bawah
Penyebaran hutan yang masuk ke dalam zona hutan hujan bawah berada di Pulau Sumatra, Kalimantan, serta beberapa pulau di Maluku, antara lain Pulau Taliabu. Mangole, Mandioli, Sanan, dan Pulau Obi. Hutan hujan bawah di dominasi oleh tetumbuhan anggota family Dipterocarpaceae, terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica, Dryobalanops, dan Cotylelobium. Jenis pohon lainnya  yang dapat di jumpai di zona hutan hujan bawah, misalnya jenis pohon anggota family Lauraceae, Myrtaceae, dan Ebenaceae, serta beberapa jenis pohon dari genus Agathis, Koompassia, dan Dyera. Di pulau jawa dan Nusa Tenggara terdapat genus Altingia, Biscoffia, Castanopsis,Ficus, dan Gossampinus, serta jenis pohon anggota family Leguminosae. Di indonesai bagian timur, misalnya dipulau Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Hutan hujan bawah merupakan hutan campuran dengan jenis – jenis pohon Palaquium spp, Pometia pinnata, Intsia spp, Diospyros spp, Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium spp.
                                                            17
2.      Zona hutan hujan tengah
jenis – jenis pohon yang umumnya terdapat di hutan hujan tengah biasanya dari genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus, juga jenis pohon dari family Magnoliaceae dan Ulmus. Di beberapa tempat terdapat kekhususan, misalnya di Aceh, dan di Sumatra Utara, pada hutan hujan tropis tengahnya terdapat jenis Albizzia Montana dan Anaphalis javanica. Di beberapa hutan di jawa timur terdapat kelompok Casuari, sedangkan di Sulawesi terdapat kelompok Agathis dan Podocarpus. Di Indonesia timur terdapat jenis Terma, Vaccinium, serta Podocarpus imbricatus. Sedangkan jenis pohon anggota family Dipterocarpaceae hanya terdapat pada beberapa tempat dengan ketinggian tempat 1.000 – 2.000 meter dari permukaan laut.
3.      zona hutan hujan atas
Hutan pada zona hutan hujan atas pada umumnya merupakan kelompok hutan yang terpisah – pisah oleh padang rumput dab belukar. Di Irian Jaya banyak di jumpai jenis dacrydium, Libecedrus, Phyllocladus, dan Podocarpus. Jenis – jenis pohon lainnya yang terdapat di huta hujan atas adalah dari anggota family Conifer ( daun berbentuk jarum ) dan anggota genus Eugenia dan Calophyllum. Sedangkan di Indonesia bagian barat, pada ketinggian tempat diatas 3.300 m dari permukaan laut umumnya dijumpai kelompok – kelompok tegakan leptospermum, Tristania, dan Phyllocladus. Manfaat hutan begitu banyaknya bagi kita, baik yang langsung ataupun tidak langsung seperti, secara ekologi dan ekonomis.

2.      Hutan muson basah
Hutan muson basah adalah hutan yang umumnya di jumpai di jawa timur dan jawa tengah, periode musim kemarau 4- 6 bulan. Curah hujan yang di alami dalam satu tahun 1.250 mm – 2.000 mm. Jenis  - jenis yang tumbuh di hutan ini antara :  jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.
3.      Hutan muson kering
Hutan muson kering terdapat di ujung timur jawa, bali, Lombok, dan Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memilki musim kemarau berkisar sekitar 6 – 8 bulan. Curah hujan dalam setahun 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan ini yaitu, jati dan eukaliptus.
4.      Hutan savana
Hutan savana  adalah hutan yang banyak di tumbuhi kelompok semak belukar di selingi padang rumput dengan jenis tumbuhan berduri. Periode musim kemarau  4 – 6 bulan dengan curah hujan 1.000mm per tahun. Jenis – jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari famili Leguminosae dan Eurphorbiaceae. Tipe hutan ini bisa di jumpai di flores,
                                                                        18
sumba dan timor.
Secara ekologi seperti :
1.      Perlindungan kawasan tangkapan ; mengendalian kemungkinan terjadinya

perlimpahan, menyediakan air, irigasi, mempertahankan kesuburan tanah, dan oksigen.
2. Konservasi ekologi dan satwa liar : rekreasi, wisata, taman nasional, perlindumgan flora dan fauna yang terancam punah.
3. Pengendalian erosi tanah : pencemaran angin, sabuk lindung, penciptaan gunung pasir, reklamasi lahan terkikis.
Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologi atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi, yaitu sebagai paru – paru bumi. Kegiatan fotosintesis tumbuhan di hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbon dioksida (  CO2  ) di atmosfer sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dan mencegah efek rumah kaca. Selain itu, keanekaragaman hayati dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan kelembapan udara.  
Secar ekonomis di bagi 2 yaitu :
a. Konsumsi domestik seperti :
1. Bahan kayu bakar dan arang untuk memasak, pemanasan dan kebutuhan rumah t           angga lainnya.
2. Pemanfaatan pertanian : pertanian berpindah, hutan untuk pengembalaan ternak, penghasil nitrogen, jerami / sejenisnya, bauah – buahan dan kacang – kacangan.
3. Pembangunan rumah, gedung, kontruksi, pagar, perabot rumah tangga.
4. Penggergajian : perabot rumah tangga, kontruksi dan gedung usaha tani.
5. Bahan tenun : tali temali, keranjang, perabot rumah tangga, isi rumah.
6. Kayu khusus dan abu : ukuran, dupa, kimiawi, untuk membuat gelas.
b. Konsumsi industri seperti :
1. Karet, resin, dan minyak : terpentijn, distilat, resin, minyak kayu putih dll.
2. Arang kayu untuk pembuatan besi, baja, kimiawi, PVC, sel kering.
3. Batangan kayu : untuk jaringan transmisi.
                                                           
4. Kayu gelendong : gergaji, perabot rumah tangga, kemasan, kapal, tambng, bangunan, dll.
5. Kayu lapis, kotak kemas, bangunan.
6. Bubur kayu : kertas Koran, papan, kertas cetak dan tulis, kemasan, distilata, tekstil, dan pakaian jadi.
7. Sisa : papan partikel, papan serat dan kertas.
Hutan di katakana ekonomis karena semua yang ada di dalamnya dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat juga di gunakan sebagai wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber inspirasi, nilai estetika, etika dan juga membantu bagi masyarakat yang tinggal di dekatnya dalam segi ekonominya.
•Perubahan lingkungan karena faktor manusia
Aktivitas manusia untuk selalu memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesehjateraan telah memberikan konstribusi bagi terjadinya berbagai perubahan lingkungan. Banyak sekali aktivitas atau kegiatan manusia yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan, misalnya penebangan hutan, penambangan, pembangunan perumahan, dan penerapan intensifikasi pertanian. sering kali, manusia tidak menyadari bahwa kegiatan – kegiatannya yang bermaksud baik dan tidak mengganggu lingkungan pada akhirnya dapat merusak lingkungan.
a.       Penebangan hutan
Penebangan hutan atau pengundulan hutan, apabila yang di lakukan secara liar, akan merusak ekosistem hutan dan mengurasi fungsi hutan sebagai penahan dan penyimpan air serta pemelihra tanah. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah dan banjir di musim hujan, sedangkan di musim kemarau akan menyebabkan kekurangan air. Penebangan hutan memunculkan akibat lain, yaitu makin sempitnya habibat berbagai jenis satwa hutan sehingga mereka mencari makanan ke pemukiman manusia. Selain itu, musnahnya hutan juga menyebabkan hilangnya berbagai plasma nutfah yang sangat berharga.
b.      Penambangan liar
Kegiatan penambangan, apabila di lakukan secara liar, dapat menyebabkan rusaknya ekosistem asal, khususnya yang terletak di atas lokasi tambang. Penambangan biasanya menyisakan lubang – lubang bekas galian atau limbah ( tailing ). Perubahan topografi ini dapat menybabkan banjir atau tanah longsor. Selain itu, lahan bekas tempat penambangan liar sering kali menjadi tandus dan tidak dapat di tanami karena lapisan humusnya terkikis sreta terkadang mengandung  zat – zat kimia yang berbahaya.

                                                           
c.       Pembangunan perumahan
Makin banyaknya jumlah populasi manusia menuntut tersedianya tempat tinggal yang makin banyak pula. Itu berarti makin banyak pula lahan yang di gunakan untuk membangun perumahan. Sekarang ini di mana – mana di bangun perumahan baru. Tidak jarang, lahan yang di jadikan perumahan daerah – daerah subur yang seharusnya di gunakan sebagai lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan. Dengan makin padatnya populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi semakin langka. Tanah terbuka makin jarang karena banyak yang di tutup oleh aspal, semen beton, ataupun rumah . jalan – jalan dan halaman – halaman di kampong banyak yang di tutup dengan semen sehingga air  hujan sulit meresap ke dalam tanah. Jumlah pohonpun berkurang. Akibatnya, ketika musim hujan sering terjadi banjir dan pada siang hari udara menjadi sangat panas.
d. Penerapan Intensifikasi pertanian
Perapan intensifikasi pertanian memeng di akui dapat meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memiliki dampak yang merugikan. Pembukaan lahan pertanian pada dasarnya menghilangkan banyak tumbuhan liar dan menggantikannya dengan hanya satu jenis tanaman. Misalnya, padi, jagung, gandum. Penanaman satu jenis tanaman unggul tertentu dalam satu lahan, di kenal dengan nama pertanian monokultur, dapat mengurangi keanekaragaman makhluk hidup sehingga keseimbangan ekosistem menjadi sangat rentan atau tik stabil. Hal itu dapat menyebabkan terjadinya ledakan hama.
• Perubahan lingkungan karena faktor alam
Lingkungan di muka bumi yang kita tempati ini sebenarnya selalu berubah. Perubahan lingkungan itu berubah karena adanya faktor - faktor alam. Beberapa faktor alam yang di ketahui dapat merubah lingkungan, antara lain bencana alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, gelombang tsunami, tanah longsor, banjir, angin rebut, ataupun kebakaran hutan. Manusia tidak akan mampu mencegah faktor – faktor alam tersebut. Bencana alam seperti, kebakaran hutan, selain menyebabkan kerusakan hutan dan mengganggu fungsi hutan, juga menyebabkan matinya berbagai organisme di hutan tersebut.
 Dampak kerusakan dapat di rasakan secara local maupun global. Secara local, misalnya dampak pencemaran kali Ciliwung mungkin hanya di rasakan oleh warga Jakarta dan sekitarnya. Sementara itu, dampak penebangan ataupun pembakaran hutan tropis yang menyebabkan perubahan iklim global, di rasakan oleh seluruh dunia.
Berkurangnya kesuburan tanah bisa di sebabkan oleh banyak faktor. Bungkus permen dan makanan ringan yang sering anda makan tidak boleh di buang di sembarang tempat karena barang – barang ini dapat menjadi polutan pencemaran tanah. Selain bungkus permen dan makanan ringan, polutan pencemaran tanah dapat berupa sampah plastic, pestisida, karet sintesis, pecahan kaca, kaleng dan detergen.
                                                           
Polutan – polutan tersebut sulit di uraikan oleh decomposer sehingga tetap menumpuk dan terbenm di tanah. Penyemaran tanah dapat menyebabkan penurunan estetika tanah dan kegunaannya bagi pertanian serta meningkatnya kandungan zat kimia yang beracun dan berbahaya ini dapat mengubah komposisi tanah segingga organisme di dalam tanah  banyak yang mati. Misalnya cacing tanah, akibatnya tanah menjadi tidak subur. Luas lahan kritis di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat, sejalan dengan semakin mengganasnya deforestasi dan degradasi hutan serta belum diterapkannya teknologi konservasi tanah yang memadai, terutama pada areal budidaya tanaman pada lahan berlereng. Dari hasil survei Direktorat Kehutanan tahun 1985 pada 75 DAS (sebagian dari jumlah DAS di Indonesia) jumlah lahan kritis telah mencapai 16 juta ha dan meningkat 2,5 % / tahun. Sedangkan dari laporan Suranggajiwa (1975) luas lahan kritis pada seluruh DAS di Indonesia mencapai 30 juta ha dan meningkat 2 % / tahun.
 Dapat diprediksi betapa luasnya lahan kritis di Indonesia saat ini. Dengan makin menyempitnya areal hutan oleh kepentingan bisnis, pemukiman, industri, dan lainnya membuat habitat satwa yang ada di dalamnya mencari tempat yang lebih nyaman dan makanan di pemukiman manusia. Tidak heran masyarakat pinggir hutan dan para petani sering menjumpai para satwa datang kepadanya. Dan itu di sebabkan oleh areal tanah dan lahan banyak yang di jadikan perumahan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar