B.
Hutan
tropis
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang di dominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat di pisahkan. Indonesia terletak di daerah tropik, sehingga
hutan yang ada bertipe hutan tropic. Hutan tropis tidak homogen, melainkan
sangat heterogen, yaitu terdiri atas berbagai jenis biota yang perkembangan dan
terbentuknya hutan sangat di pengaruhi oleh faktor iklim dan tanah. Hutan hujan
tropis terdapat di wilayah yang selalu beriklim basah, tanah podsol, latosol,
aluvial, dan regosol
16
dengan
rainase baik dan terletak cukup jauh dari pantai. Hutan tropic memiliki ciri,
yaituterdapat pada daerah beriklim basah, tanah kering, pedalaman, dan berupa
hutan campuran di dominansi oleh pohon – pohon yang selalu hijau.
Tipe
– tipe hutan tropis menurut iklim di Indonesia :
1.
Hutan
hujan tropis
Hutan hujan tropik merupakan bentuk hutan klimaks utama dari hutan – hutan di dataran rendah yang
mempunyai tiga stratum ( lapisan tanduk ). Curah hujan di daerah tersebut 2.000
– 4.000 mm per tahun, suhu udara 25 - 27 ® C, dan rata – rata kelembapan
relative udara 80 %. Pepohonan tertingggi pada hutan hujan tropik dapat
mencapai 40 – 55 meter. Hutan hujan
tropic terdapat stratifikasi tajuk pohon dari berbagai spesies pohon yang
berbeda ketinggaiannya. Tajuk pohon yang bersatu dan rapat di tambahkan dengan
adanya tumbuh – tumbuhan pemanjat yang menggantung dan menempel pada dahan
pohon, misalnya rotan, anggrek, dan paku – pakuan. Hal itu menyebabkan sinar
matahari tidakdapat menembus sampai ke lantai hutan. Hal itu juagamenyebabkan
tidak memungkinkan semak – semak tumbuh dan berkembang, kecuali jenis cendawan
yang suka hidup di tempat yang kurang cahaya.
Ciri – ciri khas tersebut di miliki oleh hutan hujan tropic. Di
Indonesia hutan hujan tropic terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
dan Irian Jaya. Hutan tersebut mempunyai
lebih kurang 3.0000 jenis pohon besar dan termasuk ke dalam 450 marga
atau genus. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, hutan hujan tropic di
bedakan menjadi tiga zona :
1.
Zona
1 = 0 – 1.000 m dari permukaan laut di sebut hutan hujan bawah.
2.
Zona
2 = 1.000 – 3.300 m dari permukaan laut di sebut hutan hujan tengah.
3.
Zona
3 = 3.300 – 4.100 m dari permukaan laut di sebut hutan huajn atas.
1.
Zona
hutan hujan bawah
Penyebaran
hutan yang masuk ke dalam zona hutan hujan bawah berada di Pulau Sumatra,
Kalimantan, serta beberapa pulau di Maluku, antara lain Pulau Taliabu. Mangole,
Mandioli, Sanan, dan Pulau Obi. Hutan hujan bawah di dominasi oleh tetumbuhan anggota
family Dipterocarpaceae, terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatica,
Dryobalanops, dan Cotylelobium. Jenis pohon lainnya yang dapat di jumpai di zona hutan hujan
bawah, misalnya jenis pohon anggota family Lauraceae, Myrtaceae, dan Ebenaceae,
serta beberapa jenis pohon dari genus Agathis, Koompassia, dan Dyera. Di pulau
jawa dan Nusa Tenggara terdapat genus Altingia, Biscoffia, Castanopsis,Ficus,
dan Gossampinus, serta jenis pohon anggota family Leguminosae. Di indonesai
bagian timur, misalnya dipulau Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Hutan hujan
bawah merupakan hutan campuran dengan jenis – jenis pohon Palaquium spp,
Pometia pinnata, Intsia spp, Diospyros spp, Koordersiodendron pinnatum, dan
Canarium spp.
17
2.
Zona
hutan hujan tengah
jenis
– jenis pohon yang umumnya terdapat di hutan hujan tengah biasanya dari genus
Quercus, Castanopsis, Nothofagus, juga jenis pohon dari family Magnoliaceae dan
Ulmus. Di beberapa tempat terdapat kekhususan, misalnya di Aceh, dan di Sumatra
Utara, pada hutan hujan tropis tengahnya terdapat jenis Albizzia Montana dan
Anaphalis javanica. Di beberapa hutan di jawa timur terdapat kelompok Casuari,
sedangkan di Sulawesi terdapat kelompok Agathis dan Podocarpus. Di Indonesia
timur terdapat jenis Terma, Vaccinium, serta Podocarpus imbricatus. Sedangkan
jenis pohon anggota family Dipterocarpaceae hanya terdapat pada beberapa tempat
dengan ketinggian tempat 1.000 – 2.000 meter dari permukaan laut.
3.
zona
hutan hujan atas
Hutan
pada zona hutan hujan atas pada umumnya merupakan kelompok hutan yang terpisah
– pisah oleh padang rumput dab belukar. Di Irian Jaya banyak di jumpai jenis
dacrydium, Libecedrus, Phyllocladus, dan Podocarpus. Jenis – jenis pohon
lainnya yang terdapat di huta hujan atas adalah dari anggota family Conifer (
daun berbentuk jarum ) dan anggota genus Eugenia dan Calophyllum. Sedangkan di
Indonesia bagian barat, pada ketinggian tempat diatas 3.300 m dari permukaan
laut umumnya dijumpai kelompok – kelompok tegakan leptospermum, Tristania, dan
Phyllocladus. Manfaat hutan begitu banyaknya bagi kita, baik yang langsung
ataupun tidak langsung seperti, secara ekologi dan ekonomis.
2.
Hutan
muson basah
Hutan
muson basah adalah hutan yang umumnya di jumpai di jawa timur dan jawa tengah,
periode musim kemarau 4- 6 bulan. Curah hujan yang di alami dalam satu tahun
1.250 mm – 2.000 mm. Jenis - jenis yang
tumbuh di hutan ini antara : jati,
mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.
3.
Hutan
muson kering
Hutan
muson kering terdapat di ujung timur jawa, bali, Lombok, dan Sumbawa. Tipe
hutan ini berada pada lokasi yang memilki musim kemarau berkisar sekitar 6 – 8
bulan. Curah hujan dalam setahun 1.250 mm. Jenis pohon yang tumbuh pada hutan
ini yaitu, jati dan eukaliptus.
4.
Hutan
savana
Hutan
savana adalah hutan yang banyak di
tumbuhi kelompok semak belukar di selingi padang rumput dengan jenis tumbuhan
berduri. Periode musim kemarau 4 – 6
bulan dengan curah hujan 1.000mm per tahun. Jenis – jenis yang tumbuh di hutan
ini umumnya dari famili Leguminosae dan Eurphorbiaceae. Tipe hutan ini bisa di
jumpai di flores,
18
sumba
dan timor.
Secara
ekologi seperti :
1.
Perlindungan
kawasan tangkapan ; mengendalian kemungkinan terjadinya
perlimpahan, menyediakan air,
irigasi, mempertahankan kesuburan tanah, dan oksigen.
2. Konservasi ekologi dan satwa liar : rekreasi, wisata, taman
nasional, perlindumgan flora dan fauna yang terancam punah.
3. Pengendalian erosi tanah : pencemaran angin, sabuk lindung,
penciptaan gunung pasir, reklamasi lahan terkikis.
Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologi atau nilai lingkungan
yang penting bagi bumi, yaitu sebagai paru – paru bumi. Kegiatan fotosintesis
tumbuhan di hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbon dioksida ( CO2 )
di atmosfer sehingga dapat mengurangi pencemaran udara dan mencegah efek rumah
kaca. Selain itu, keanekaragaman hayati dapat menjaga kestabilan iklim global,
yaitu mempertahankan suhu dan kelembapan udara.
Secar
ekonomis di bagi 2 yaitu :
a. Konsumsi domestik seperti :
1. Bahan kayu bakar dan arang untuk memasak, pemanasan dan
kebutuhan rumah t angga lainnya.
2. Pemanfaatan pertanian : pertanian berpindah, hutan untuk
pengembalaan ternak, penghasil nitrogen, jerami / sejenisnya, bauah – buahan
dan kacang – kacangan.
3. Pembangunan rumah, gedung, kontruksi, pagar, perabot rumah
tangga.
4. Penggergajian : perabot rumah tangga, kontruksi dan gedung usaha
tani.
5. Bahan tenun : tali temali, keranjang, perabot rumah tangga, isi
rumah.
6. Kayu khusus dan abu : ukuran, dupa, kimiawi, untuk membuat
gelas.
b. Konsumsi industri seperti :
1. Karet, resin, dan minyak : terpentijn, distilat, resin, minyak
kayu putih dll.
2. Arang kayu untuk pembuatan besi, baja, kimiawi, PVC, sel kering.
3. Batangan kayu : untuk jaringan transmisi.
4. Kayu gelendong : gergaji, perabot rumah tangga, kemasan, kapal,
tambng, bangunan, dll.
5. Kayu lapis, kotak kemas, bangunan.
6. Bubur kayu : kertas Koran, papan, kertas cetak dan tulis,
kemasan, distilata, tekstil, dan pakaian jadi.
7. Sisa : papan partikel, papan serat dan kertas.
Hutan di katakana ekonomis karena semua yang ada di dalamnya dapat
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat juga di gunakan
sebagai wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber
inspirasi, nilai estetika, etika dan juga membantu bagi masyarakat yang tinggal
di dekatnya dalam segi ekonominya.
•Perubahan lingkungan karena faktor manusia
Aktivitas manusia untuk selalu memenuhi kebutuhan hidup dan
meningkatkan kesehjateraan telah memberikan konstribusi bagi terjadinya
berbagai perubahan lingkungan. Banyak sekali aktivitas atau kegiatan manusia
yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan, misalnya penebangan hutan,
penambangan, pembangunan perumahan, dan penerapan intensifikasi pertanian.
sering kali, manusia tidak menyadari bahwa kegiatan – kegiatannya yang
bermaksud baik dan tidak mengganggu lingkungan pada akhirnya dapat merusak
lingkungan.
a.
Penebangan
hutan
Penebangan
hutan atau pengundulan hutan, apabila yang di lakukan secara liar, akan merusak
ekosistem hutan dan mengurasi fungsi hutan sebagai penahan dan penyimpan air
serta pemelihra tanah. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang.
Penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah dan banjir di musim
hujan, sedangkan di musim kemarau akan menyebabkan kekurangan air. Penebangan
hutan memunculkan akibat lain, yaitu makin sempitnya habibat berbagai jenis
satwa hutan sehingga mereka mencari makanan ke pemukiman manusia. Selain itu,
musnahnya hutan juga menyebabkan hilangnya berbagai plasma nutfah yang sangat
berharga.
b.
Penambangan
liar
Kegiatan
penambangan, apabila di lakukan secara liar, dapat menyebabkan rusaknya
ekosistem asal, khususnya yang terletak di atas lokasi tambang. Penambangan
biasanya menyisakan lubang – lubang bekas galian atau limbah ( tailing ).
Perubahan topografi ini dapat menybabkan banjir atau tanah longsor. Selain itu,
lahan bekas tempat penambangan liar sering kali menjadi tandus dan tidak dapat
di tanami karena lapisan humusnya terkikis sreta terkadang mengandung zat – zat kimia yang berbahaya.
c.
Pembangunan
perumahan
Makin
banyaknya jumlah populasi manusia menuntut tersedianya tempat tinggal yang
makin banyak pula. Itu berarti makin banyak pula lahan yang di gunakan untuk
membangun perumahan. Sekarang ini di mana – mana di bangun perumahan baru.
Tidak jarang, lahan yang di jadikan perumahan daerah – daerah subur yang
seharusnya di gunakan sebagai lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan.
Dengan makin padatnya populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi
semakin langka. Tanah terbuka makin jarang karena banyak yang di tutup oleh
aspal, semen beton, ataupun rumah . jalan – jalan dan halaman – halaman di
kampong banyak yang di tutup dengan semen sehingga air hujan sulit meresap ke dalam tanah. Jumlah
pohonpun berkurang. Akibatnya, ketika musim hujan sering terjadi banjir dan
pada siang hari udara menjadi sangat panas.
d.
Penerapan
Intensifikasi pertanian
Perapan
intensifikasi pertanian memeng di akui dapat meningkatkan produksi pangan,
tetapi juga memiliki dampak yang merugikan. Pembukaan lahan pertanian pada
dasarnya menghilangkan banyak tumbuhan liar dan menggantikannya dengan hanya
satu jenis tanaman. Misalnya, padi, jagung, gandum. Penanaman satu jenis
tanaman unggul tertentu dalam satu lahan, di kenal dengan nama pertanian
monokultur, dapat mengurangi keanekaragaman makhluk hidup sehingga keseimbangan
ekosistem menjadi sangat rentan atau tik stabil. Hal itu dapat menyebabkan
terjadinya ledakan hama.
• Perubahan lingkungan karena faktor alam
Lingkungan di muka bumi yang kita tempati ini sebenarnya selalu
berubah. Perubahan lingkungan itu berubah karena adanya faktor - faktor alam.
Beberapa faktor alam yang di ketahui dapat merubah lingkungan, antara lain
bencana alam, seperti gunung meletus, gempa bumi, gelombang tsunami, tanah
longsor, banjir, angin rebut, ataupun kebakaran hutan. Manusia tidak akan mampu
mencegah faktor – faktor alam tersebut. Bencana alam seperti, kebakaran hutan,
selain menyebabkan kerusakan hutan dan mengganggu fungsi hutan, juga
menyebabkan matinya berbagai organisme di hutan tersebut.
Dampak kerusakan dapat di
rasakan secara local maupun global. Secara local, misalnya dampak pencemaran
kali Ciliwung mungkin hanya di rasakan oleh warga Jakarta dan sekitarnya.
Sementara itu, dampak penebangan ataupun pembakaran hutan tropis yang
menyebabkan perubahan iklim global, di rasakan oleh seluruh dunia.
Berkurangnya kesuburan tanah bisa di sebabkan oleh banyak faktor. Bungkus
permen dan makanan ringan yang sering anda makan tidak boleh di buang di
sembarang tempat karena barang – barang ini dapat menjadi polutan pencemaran
tanah. Selain bungkus permen dan makanan ringan, polutan pencemaran tanah dapat
berupa sampah plastic, pestisida, karet sintesis, pecahan kaca, kaleng dan
detergen.
Polutan – polutan tersebut sulit di uraikan oleh decomposer
sehingga tetap menumpuk dan terbenm di tanah. Penyemaran tanah dapat
menyebabkan penurunan estetika tanah dan kegunaannya bagi pertanian serta
meningkatnya kandungan zat kimia yang beracun dan berbahaya ini dapat mengubah
komposisi tanah segingga organisme di dalam tanah banyak yang mati. Misalnya cacing tanah,
akibatnya tanah menjadi tidak subur. Luas lahan kritis di Indonesia dari tahun
ke tahun meningkat, sejalan dengan semakin mengganasnya deforestasi dan
degradasi hutan serta belum diterapkannya teknologi konservasi tanah yang
memadai, terutama pada areal budidaya tanaman pada lahan berlereng. Dari hasil
survei Direktorat Kehutanan tahun 1985 pada 75 DAS (sebagian dari jumlah DAS di
Indonesia) jumlah lahan kritis telah mencapai 16 juta ha dan meningkat 2,5 % /
tahun. Sedangkan dari laporan Suranggajiwa (1975) luas lahan kritis pada
seluruh DAS di Indonesia mencapai 30 juta ha dan meningkat 2 % / tahun.
Dapat diprediksi betapa
luasnya lahan kritis di Indonesia saat ini. Dengan makin menyempitnya areal
hutan oleh kepentingan bisnis, pemukiman, industri, dan lainnya membuat habitat
satwa yang ada di dalamnya mencari tempat yang lebih nyaman dan makanan di
pemukiman manusia. Tidak heran masyarakat pinggir hutan dan para petani sering
menjumpai para satwa datang kepadanya. Dan itu di sebabkan oleh areal tanah dan
lahan banyak yang di jadikan perumahan, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar