film

Senin, 20 Mei 2013

ASAL USUL KENAKALAN REMAJA DAN CARA PENANGGULANGANNYA



BAB II
PEMBAHASAN
1.1              Pengertian Kenakalan Remaja
Istilah kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah juvenile delinquency yang secara etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile berarti anak sedangkan delinquency berarti kejahatan dengan demikian secara etimologis adalah kejahatan anak.[1]
Menurut Drs. B. simanjutank, S.H. pengertian “juvenile delinquency” ialah sesuatu perbuatan itu disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan yang anti-social dimana didalamnnya terkandung unsur-unsur anti normative.[2]
Menurut Dus Bimo Walgito merumuskan arti selengkapnya dari “juvenile delinquency” yakni, tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi perbuatan yang melanggar hokum  yang dilakukan oleh anak khususnya anak remaja.[3]
Menurut Fuad Hasan merumuskan definisi delinquency adalah perbuatan anti-social yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.
Dalam pengertian diatas pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja adalah perbuatan/ kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hokum, anti-sosial, anti-susila, dan menyalahi norma-norma agama.[4]
2.1.1        Paradigma kenakalan remaja
paradigma kenakalan remaja lebih luaas cakupannya dan lebih dalam bobot isinya. Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan keresahan dilingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja, perkelahian dikalangan anak didik yang kerap kali berkembang menjadi perkelahian antar sekolah, mengganggu wanita dijalan yang pelakunya adalah anak remaja. Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak saudaranya, atau perbuatan-perbuatan yang kian tercela seperti menghisap ganja, mengedarkan fornografis dan corat-coret tembok pagar yang tidak pda tempatnya.[5]
Metode untuk mempermudah klasifikasi kenakalan remaja dapat dilakukan dengan cara melacak rentangan umur dalam kehidupan manusia. Drs. Andi Mappiare dengan mengutip lengkap Elizabeth B. Hurluck. Menulis tentang adanya sebelas masa rentang kehidupan:
a.         prenatal                            :saat konsepsi sampai lahir.
b.        masa neonatal                   :lahir sampai akhir minggu ke dua setelah lahir.
c.         masa bayi                         :akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
d.        Masa kanak-kanak awal   :dua tahun sampai enam tahun
e.         Masa kanak-kanak akhir  :enam tahun sampai sepuluh tahun atau sebelas tahun
f.         Pubertas pra. Adolesen    :sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai tiga belas tahun atau empat belas tahun.
g.        Masa remaja awal :tiga belas tahun atau empat belas tahun sampai tujuh belas tahun.
h.        Masa remaja akhir            :tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun.
i.          Masa dewasa awal           :dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun.
j.          Masa setengah baya         :empat puluh tahun sampai enam puluh tahun.
k.        Masa tua                           :enam puluh tahun sampai meninggal dunia.[6]
            Salah satu gejala lepasnya seorang anak dari masa anak-anak adalah didapatinya gejala pubertas sebagai awal masa remaja. Jika bertitik tolak pda sebelas rentang kehidupan dari Elizabeth B. Hurlock, maka dapat dipahami bahwa rentang ketujuh dan kedelapan mutlak masuk dalam kelompok anak remaja sebagai penyempurnaannya rentangan keenam dapat dimasukkan pula dalam penentuan usia anak remaja.
            Secara umum dilingkungan yang dilakukan oleh anak remaja dapat berupa dilingkungan sosiologi dan dilingkungan individual. Pembagian ini berdasarkan pada sikap dan corak perbuatan. Dapat pandang sebagai lingkungan sosiologis apabila anak memenuhi seluruh konteks kemasyarakatan kecuali masyarakatnya sendiri. Dalam kondisi tersebut, banyak anak tidak merasa bersalah bila merugikan orang lain, asal bukan dari kelompoknya sendiri, atau tidak merasa berdosa waktu mencuri hak orang lain, asalkan bukan kelompoknya sendiri yang menderita kerugian. Sedangkan dalam delinquen individual, anak tersebut nenusuhu semua orang, baik tetangga, kawan sekolah maupun sank saudara bahkan termasuk kedua orang tua sendiri. Biasanya hubungan denngan kedua orang tuanya makin memburuk justru karena bertambahnya usia. Pada garis besarnya, dari kedua bentuk delinquen tersebut ternyata deliquen sosiologislah yang sering melakukan pelanggaran di dalam masyarakat. Hal ini bukan berarti delinquen individual sama sekali tidak menimbulkan kerasahan di dalam masyarakat.[7]
            Kedua bentuk deliquen sama-sama merugikan dan meresahkan masyarakat. Delinquen sosiologis dan individual bukan merupakan dua hal yang antagonis, akan tetapi keduanya hanya memiliki batasan secara gradasi saja. Jika ditinjau dari bermulanyan, dapat terjadi keduanya saling menunjang dan memperkembangkan. Dalam kaitan ini dapat kita jumpai seorang anak menjadi delinquen bermula dari keadaan intern keluarga yang kemudian dikembangkan dan ditunjang dalam pergaulan. Akan tetapi tidak jarang pula seorang anak menjadi delinquen justru karena meniru perbuatan kaawan-kawan sebayanya, kemudian didukung dan berkembang didalam keluarga. Seorang anak yang hidup ditengah tengah masyarakat yang sholeh, dalam bergaul dengan kawan-kawan sebaya yang baik, dapat menjadi delinquen karena pengaruh kehidupan keluarga, misalnya karena broken home atau quasi broken home. Demikian pula seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sholeh dapat menjadi delinquen karena pengaruh kehidupan sepermainannya, akan tetapi probabilitasnya sangat rendah.[8]
2.1.2        Ciri-ciri global kenakalan remaja
Terdapat dua istilah yang sering dijumpai dalam buku-buku psikologi yakni istilah “adolesen” dan “remaja” kedua istilah tersebut memiliki abstraksi yang sama, didalam menentukan rentangan usia dan ciri-ciri fisik maupun psikologis bagi seseorang.[9]
            Secara kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulai seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual, telah dicapi tinggi badan yang maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi. Dengan “pembatasan semacam itu, para ahli lebih lanjut ada yang menyebut masa “preadolescence”, “early adolescence”, “modle and lateadolescence”.[10]
            Dan ditinjau dari segi umur dapat dikemukakan masa usia 13 tahun sampai 19 tahun menunjukkan perbedaan yang bersar antara usia sekitar 13 tahun dan 18 tahun lepas dari pada perbedaan-perbedaan social-kultural dan seksual dan diantara para remaja sendiri.[11]
            Pada preode “pubertas” seoraang remaja merasakan sesuatu yang belumprnah dirasakan sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai akibat langsung dari stimulasi hormon-hormon pada anak, sehingga anak merasakan rangsangan-rangsangan khusus didalam dirinnya. Rangsangan tersebut adalah rangsangan hormonel yang menyebabkan suatu rasa yang tidak tenang, suatu perasaan yang belum pernah dialami pada masa anak-anak. Jika seorang anak berhasil melalui preode “pubertas” maka selanjutnya ia akan memsuki masa remaja, baik masa remaja awal maupun remaja akhir.[12]
            Dalam masa remaja bukan berarti seorang anak terlepas sama sekali dari ciri-ciri khas yang dimiliki pada masa sebelumnya, dalam pengertian bahwa ia akan mudah bunuh diri, pembereng dan putus asa jika kehendaknya terhalangi.
            Masa ini bisa dikatakan masa transisi, dan ini bisa merupakan masa yang berbahaya baginya, sebab ia mengalami hidup di dua alam, yakni antara alam khayalan dan alam kenyataan, dimana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik. Transisi merupakan pindahan alam khayalan kedalam alam nyata, yang mana banyak kaum remaja berhayal bahwa dirinya merupakan seorang super hiro dalam segala hal…
            Gejolak emosional yang tak terkendalikan membawanya ke alam yang khayal yang nyatanya tidak. Disinilah banyak pemuda yang nakal karena ingin membuktikan bahwa dirinya itu telah dewasa, padahal sebenarnya belum apa-apa karena kedewasaan tidak hanya pada fisik saja tetapi meliputi keseluruhan mental dan kejiwaan.[13]
            Bahkan dalam preode remaja awal seorang anak belum dapat memiliki kestabilan perasaan dan emosi. Dalam masa remaja awal seorang anak bukan hannya mengalami ketidak stabilan perasaan dan emosi, dalam waktu bersamaan mereka mengalami masa kritis.[14]
            Banyak sekali factor yang menyebabkan kenakalan remaja maupun kenakalan prilaku remaja pada umumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa factor penyebab yang sesungguhnya sampai sekarang belum diketahui pasti. Kenakalan remaja akan muncul karena beberapa sebab, baik karena salah satu maupun bersamaan.[15]
2.2      Faktor-Faktor Kenakalan Remaja
Factor kenakalan remaja sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tetapi, secara umum dapat dikatakan mulainya perilaku remaja dapat digolongkan dalam dua teori. Teori psikogenik yang menyatakan bahwa kelainan perilaku disebabkan oleh factor-faktor didalam jiwa remaja sendiri. Misalnya menderita kelainan pada salah satu hormonnya sehingga ia menjadi agresif.
Reame Andreayana menguraikan fajtor-faktor yang mendukung terjadinya delinquensi remaja.
a.         Factor keluarga khususnya orang tua, yang mana orang tua yang kurang memahami arti memdidik anak, dan begitu sibuk bekerja.
b.        Hubungan suami istri yang kurang harmunis (broken home).
c.         Factor lingkungan.
d.        Factor sekolah, termasuk juga didalamnya guru, pelajaran, tugas-tugas sekolah dan lain-lain yang berhubungan dengan sekolah.[16]
2.3      Upaya-Upaya Untuk Menanggulani
Memang sulit untuk menemukan cara terbaik didalam menanggulgi kenakalan remaja, ada juga cara untuk menanggulanginya. Misalnya kebijakan pemerintah dalam memperbaiki kehidupan masyarakat misalnya dibidang ekonomi, kenaikan gaji pegawai negri, peningkatan subsidi terhadap pusat-pusat industry kecil agar mereka dapat mengembangkan usahanya dan penyuluhan yang lebih baik terhadap petani sehingga dapat meningkatkan produk dan mampu mempertinggi mutu hasil pertanian.[17]
Tetapi dalam hal lain juga disebutkan bahwa kenakalan remaja bukan semata-mata bawaan sejak lahir akan tetapi ada korelasi tertentu seperti yang telah disebutkan diatas yakni broken home. Sebagian kenakalan remaja juga timbul dari anak-anak glandangan atau dari anak yang berasal dari keluarga miskin, kondisi kehidupan anak yang mengandung negative mendapat perhatian besar dari pemerintah melalui program wajib belajar.[18]
Adapun ayat-ayat Al-Quran yang dapat di deskripsikan m,enjadi dalil-dali bahaya kenakalan para remaja diantaranya dalam surat Asy-syams ayat 7-8 dan surat Al-badad ayat 10.
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ  
“… Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS. Asy-syams:7-8)[19]
çm»oY÷ƒyydur ÈûøïyôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ
“Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan (yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan)”.(QS. Al-balad:10)[20]
            Disamping itu menurut Drs. Bimo walgito upaya lain dapat dilakukan dengan mengadakan penyensoran film-film yang lebih menitikberatkan pada segi pendidikan, mengadakan ceramah melalui radio, televise, ataupun melalui media yang lain mengenal soal-soal pendidikan pada umumnya mengadakan pengawasan terhadap peredaran buku-buku komik, majalah-majalah, pemasangan-pemasangan iklan dan sebagiannya.[21]
            Terdapat pula pandangan netral tentang konflik yang menyatakan bahwa konflik sebagai ciri khas dari tingkah laku manusia yang hidup sebagi built in element dimana konflik dari perbedaan masing-masing induvidu atau kelompok misalnya adanya perbedaan antara tujuan, kompetisi atau persaingan, sehingga bisa terjadi kenakalan remaja yang akan mengakibatkan tauran kaum muda.[22]
            Dalam contoh lain maraknya aksi tawuran pelajar, sebanyak 339 khasus selama tahun 2011 yang mengakibatkan korban jiwa hingga 82 orang, karena berbagai upaya pencegahan belum didasari penyelesaian dari akar masalah. Dibutuhkan upaya menyeluruh dan berkelanjutan untuk menyelesaikan tawuran.
            Khusus yang dipeperkan komisi nasional perlindungan anak (komnas PA) memberikan gambaran yang menghawatirkan. Khasus itu bukan hanya melonjak 260% dibandingkan priode tahun 2011, melainkan juga kualitas dan korban jiwa yang meninggal akibat tuaran itu naik hingga 100%.
Oleh sebab itu, untuk mengatasinya perlu upaya menyeluruh sejak dari akar masalahnya. Menurut pemerhati pendiikan, Arif Rachman, identifikasi mereka yang kerap kali menjadi pemici tawuran. Apabila sudah ditemukan bicarakan dengan orang tuanya.
Pada saat yang bersamaan orang tua melakukan komunikasi aktif dua arah sehingga mereka bisa mengenali karakter dan aktifitas anak dengan baik. Dengan demikian, langkah pencegahan bisa dilakukan dan anak tidak tergelincir kearah yang membahayakan.[23]


BAB III
PENUTUP
1.1              Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya tidak terlepas dari berbagai pergaulan-pergaulan yang baik maupun buruk, terutama bagi anak remaja. Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak perilaku-perilaku anak remaja yang menyimpang dan bisa jadi merugikan massyarakat diantaranya, tawuran, perkelahian dan sebagainya. Namun didalam itu semua kita sebagai masyarakat kita bisa mengatasi kenakalan remaja terutama dalam keluarga, karena keluargalah yang sangat berperan dalam menanggulangi kenakalan remaja. 
1.2              Saran
Sebagai orang tua kita harus mengawasi tingkah laku anak mulai dari sejak dini, Karena jika tidak anak tersebut visa terpengaruh dengan pergaulan luar dan bisa menjadi anak yang tidak baik/nakal.


[1] Drs. Sudarsono S.H, Kenakalan Remaja, (Jakarta, PT. Rinika Cipta,1997),hal.10.
[2] Drs. Sudarsono S.H, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta, PT. Rinika Cipta,1997),hal.5.
[3] Ibid, hal .5.
[4] Loc. Cit, hal. 11.
[5] Ibid,hal. 12.
[6] Ibid, hal. 12-13.
[7] Ibid, hal. 14.
[8] Ibid, hal. 14-15.
[9] Loc. Cit, hal. 11.
[10] Ibid, hal.11.
[11] Ibid, hal.12.
[12] Ibid, hal. 13
[13] Ibid, hal. 13-14.
[14] Ibid, hal. 15.
[15] http.//www. Perkuliahan. Cam/ factor-faktor-yang-mempengaruhi-kenakalan-remaja/ #1XZZZ hup sgogt.
[16] Ibid, http.
[17] Op. Cit, kenakalan remaja, hal. 133.
[18] Ibid, hal. 15.
[19] Depertemen Agama RI, Al-quran Terjemah, (bandung: CV. Penerbit J-ART,2002), hal.457.
[20] Ibid, hal.458.

[21] Loc. Cit, hal. 133
[22] Fitri Wulandari, Sosiologi SMA/ MA, (Jawa Tengah:Viva Pakarindu,2006),hal. 33.
[23] Ibid, hal. 39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar