BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Kenakalan Remaja
Istilah
kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah juvenile delinquency yang secara
etimologis dapat dijabarkan bahwa juvenile berarti anak sedangkan delinquency
berarti kejahatan dengan demikian secara etimologis adalah kejahatan anak.[1]
Menurut Drs. B.
simanjutank, S.H. pengertian “juvenile delinquency” ialah sesuatu perbuatan itu
disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan
norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan yang anti-social
dimana didalamnnya terkandung unsur-unsur anti normative.[2]
Menurut Dus Bimo
Walgito merumuskan arti selengkapnya dari “juvenile delinquency” yakni, tiap
perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan
kejahatan, jadi perbuatan yang melanggar hokum
yang dilakukan oleh anak khususnya anak remaja.[3]
Menurut Fuad
Hasan merumuskan definisi delinquency adalah perbuatan anti-social yang
dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa
dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.
Dalam pengertian
diatas pengertian yang lebih luas tentang kenakalan remaja adalah perbuatan/
kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan
hokum, anti-sosial, anti-susila, dan menyalahi norma-norma agama.[4]
2.1.1
Paradigma
kenakalan remaja
paradigma
kenakalan remaja lebih luaas cakupannya dan lebih dalam bobot isinya. Kenakalan
remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan keresahan
dilingkungan masyarakat, sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana
dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja, perkelahian dikalangan anak
didik yang kerap kali berkembang menjadi perkelahian antar sekolah, mengganggu
wanita dijalan yang pelakunya adalah anak remaja. Demikian juga sikap anak yang
memusuhi orang tua dan sanak saudaranya, atau perbuatan-perbuatan yang kian
tercela seperti menghisap ganja, mengedarkan fornografis dan corat-coret tembok
pagar yang tidak pda tempatnya.[5]
Metode untuk
mempermudah klasifikasi kenakalan remaja dapat dilakukan dengan cara melacak
rentangan umur dalam kehidupan manusia. Drs. Andi Mappiare dengan mengutip
lengkap Elizabeth B. Hurluck. Menulis tentang adanya sebelas masa rentang
kehidupan:
a.
prenatal :saat
konsepsi sampai lahir.
b.
masa
neonatal :lahir sampai akhir minggu ke dua setelah lahir.
c.
masa
bayi :akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
d.
Masa
kanak-kanak awal :dua tahun sampai enam
tahun
e.
Masa
kanak-kanak akhir :enam tahun sampai
sepuluh tahun atau sebelas tahun
f.
Pubertas
pra. Adolesen :sepuluh tahun atau dua
belas tahun sampai tiga belas tahun atau empat belas tahun.
g.
Masa
remaja awal :tiga belas tahun atau empat
belas tahun sampai tujuh belas tahun.
h.
Masa
remaja akhir :tujuh belas tahun
sampai dua puluh satu tahun.
i.
Masa
dewasa awal :dua puluh satu
tahun sampai empat puluh tahun.
j.
Masa
setengah baya :empat puluh tahun
sampai enam puluh tahun.
k.
Masa
tua :enam puluh
tahun sampai meninggal dunia.[6]
Salah
satu gejala lepasnya seorang anak dari masa anak-anak adalah didapatinya gejala
pubertas sebagai awal masa remaja. Jika bertitik tolak pda sebelas rentang
kehidupan dari Elizabeth B. Hurlock, maka dapat dipahami bahwa rentang ketujuh
dan kedelapan mutlak masuk dalam kelompok anak remaja sebagai penyempurnaannya
rentangan keenam dapat dimasukkan pula dalam penentuan usia anak remaja.
Secara
umum dilingkungan yang dilakukan oleh anak remaja dapat berupa dilingkungan
sosiologi dan dilingkungan individual. Pembagian ini berdasarkan pada sikap dan
corak perbuatan. Dapat pandang sebagai lingkungan sosiologis apabila anak
memenuhi seluruh konteks kemasyarakatan kecuali masyarakatnya sendiri. Dalam
kondisi tersebut, banyak anak tidak merasa bersalah bila merugikan orang lain,
asal bukan dari kelompoknya sendiri, atau tidak merasa berdosa waktu mencuri
hak orang lain, asalkan bukan kelompoknya sendiri yang menderita kerugian.
Sedangkan dalam delinquen individual, anak tersebut nenusuhu semua orang, baik
tetangga, kawan sekolah maupun sank saudara bahkan termasuk kedua orang tua
sendiri. Biasanya hubungan denngan kedua orang tuanya makin memburuk justru
karena bertambahnya usia. Pada garis besarnya, dari kedua bentuk delinquen
tersebut ternyata deliquen sosiologislah yang sering melakukan pelanggaran di
dalam masyarakat. Hal ini bukan berarti delinquen individual sama sekali tidak
menimbulkan kerasahan di dalam masyarakat.[7]
Kedua
bentuk deliquen sama-sama merugikan dan meresahkan masyarakat. Delinquen
sosiologis dan individual bukan merupakan dua hal yang antagonis, akan tetapi
keduanya hanya memiliki batasan secara gradasi saja. Jika ditinjau dari
bermulanyan, dapat terjadi keduanya saling menunjang dan memperkembangkan.
Dalam kaitan ini dapat kita jumpai seorang anak menjadi delinquen bermula dari
keadaan intern keluarga yang kemudian dikembangkan dan ditunjang dalam
pergaulan. Akan tetapi tidak jarang pula seorang anak menjadi delinquen justru
karena meniru perbuatan kaawan-kawan sebayanya, kemudian didukung dan
berkembang didalam keluarga. Seorang anak yang hidup ditengah tengah masyarakat
yang sholeh, dalam bergaul dengan kawan-kawan sebaya yang baik, dapat menjadi
delinquen karena pengaruh kehidupan keluarga, misalnya karena broken home atau quasi broken home. Demikian pula seorang anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang sholeh dapat menjadi delinquen karena pengaruh
kehidupan sepermainannya, akan tetapi probabilitasnya sangat rendah.[8]
2.1.2
Ciri-ciri
global kenakalan remaja
Terdapat dua
istilah yang sering dijumpai dalam buku-buku psikologi yakni istilah “adolesen”
dan “remaja” kedua istilah tersebut memiliki abstraksi yang sama, didalam
menentukan rentangan usia dan ciri-ciri fisik maupun psikologis bagi seseorang.[9]
Secara
kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulai seseorang menunjukkan
tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual, telah
dicapi tinggi badan yang maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang
dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi. Dengan “pembatasan
semacam itu, para ahli lebih lanjut ada yang menyebut masa “preadolescence”,
“early adolescence”, “modle and lateadolescence”.[10]
Dan
ditinjau dari segi umur dapat dikemukakan masa usia 13 tahun sampai 19 tahun
menunjukkan perbedaan yang bersar antara usia sekitar 13 tahun dan 18 tahun
lepas dari pada perbedaan-perbedaan social-kultural dan seksual dan diantara
para remaja sendiri.[11]
Pada
preode “pubertas” seoraang remaja merasakan sesuatu yang belumprnah dirasakan
sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai akibat langsung dari stimulasi
hormon-hormon pada anak, sehingga anak merasakan rangsangan-rangsangan khusus
didalam dirinnya. Rangsangan tersebut adalah rangsangan hormonel yang menyebabkan
suatu rasa yang tidak tenang, suatu perasaan yang belum pernah dialami pada
masa anak-anak. Jika seorang anak berhasil melalui preode “pubertas” maka
selanjutnya ia akan memsuki masa remaja, baik masa remaja awal maupun remaja
akhir.[12]
Dalam
masa remaja bukan berarti seorang anak terlepas sama sekali dari ciri-ciri khas
yang dimiliki pada masa sebelumnya, dalam pengertian bahwa ia akan mudah bunuh
diri, pembereng dan putus asa jika kehendaknya terhalangi.
Masa
ini bisa dikatakan masa transisi, dan ini bisa merupakan masa yang berbahaya
baginya, sebab ia mengalami hidup di dua alam, yakni antara alam khayalan dan
alam kenyataan, dimana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik. Transisi
merupakan pindahan alam khayalan kedalam alam nyata, yang mana banyak kaum
remaja berhayal bahwa dirinya merupakan seorang super hiro dalam segala hal…
Gejolak
emosional yang tak terkendalikan membawanya ke alam yang khayal yang nyatanya
tidak. Disinilah banyak pemuda yang nakal karena ingin membuktikan bahwa
dirinya itu telah dewasa, padahal sebenarnya belum apa-apa karena kedewasaan
tidak hanya pada fisik saja tetapi meliputi keseluruhan mental dan kejiwaan.[13]
Bahkan
dalam preode remaja awal seorang anak belum dapat memiliki kestabilan perasaan
dan emosi. Dalam masa remaja awal seorang anak bukan hannya mengalami ketidak
stabilan perasaan dan emosi, dalam waktu bersamaan mereka mengalami masa
kritis.[14]
Banyak
sekali factor yang menyebabkan kenakalan remaja maupun kenakalan prilaku remaja
pada umumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa factor penyebab yang sesungguhnya
sampai sekarang belum diketahui pasti. Kenakalan remaja akan muncul karena
beberapa sebab, baik karena salah satu maupun bersamaan.[15]
2.2 Faktor-Faktor Kenakalan Remaja
Factor kenakalan
remaja sampai saat ini belum diketahui dengan pasti tetapi, secara umum dapat
dikatakan mulainya perilaku remaja dapat digolongkan dalam dua teori. Teori
psikogenik yang menyatakan bahwa kelainan perilaku disebabkan oleh
factor-faktor didalam jiwa remaja sendiri. Misalnya menderita kelainan pada
salah satu hormonnya sehingga ia menjadi agresif.
Reame Andreayana
menguraikan fajtor-faktor yang mendukung terjadinya delinquensi remaja.
a.
Factor
keluarga khususnya orang tua, yang mana orang tua yang kurang memahami arti
memdidik anak, dan begitu sibuk bekerja.
b.
Hubungan
suami istri yang kurang harmunis (broken home).
c.
Factor
lingkungan.
d.
Factor
sekolah, termasuk juga didalamnya guru, pelajaran, tugas-tugas sekolah dan
lain-lain yang berhubungan dengan sekolah.[16]
2.3 Upaya-Upaya Untuk Menanggulani
Memang sulit
untuk menemukan cara terbaik didalam menanggulgi kenakalan remaja, ada juga
cara untuk menanggulanginya. Misalnya kebijakan pemerintah dalam memperbaiki
kehidupan masyarakat misalnya dibidang ekonomi, kenaikan gaji pegawai negri,
peningkatan subsidi terhadap pusat-pusat industry kecil agar mereka dapat
mengembangkan usahanya dan penyuluhan yang lebih baik terhadap petani sehingga
dapat meningkatkan produk dan mampu mempertinggi mutu hasil pertanian.[17]
Tetapi dalam hal
lain juga disebutkan bahwa kenakalan remaja bukan semata-mata bawaan sejak
lahir akan tetapi ada korelasi tertentu seperti yang telah disebutkan diatas
yakni broken home. Sebagian kenakalan remaja juga timbul dari anak-anak
glandangan atau dari anak yang berasal dari keluarga miskin, kondisi kehidupan
anak yang mengandung negative mendapat perhatian besar dari pemerintah melalui
program wajib belajar.[18]
Adapun ayat-ayat
Al-Quran yang dapat di deskripsikan m,enjadi dalil-dali bahaya kenakalan para
remaja diantaranya dalam surat Asy-syams ayat 7-8 dan surat Al-badad ayat 10.
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ
“… Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya”. (QS. Asy-syams:7-8)[19]
çm»oY÷yydur ÈûøïyôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ
“Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua
jalan (yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan
kejahatan)”.(QS. Al-balad:10)[20]
Disamping
itu menurut Drs. Bimo walgito upaya lain dapat dilakukan dengan mengadakan
penyensoran film-film yang lebih menitikberatkan pada segi pendidikan,
mengadakan ceramah melalui radio, televise, ataupun melalui media yang lain
mengenal soal-soal pendidikan pada umumnya mengadakan pengawasan terhadap
peredaran buku-buku komik, majalah-majalah, pemasangan-pemasangan iklan dan
sebagiannya.[21]
Terdapat
pula pandangan netral tentang konflik yang menyatakan bahwa konflik sebagai
ciri khas dari tingkah laku manusia yang hidup sebagi built in element dimana konflik dari perbedaan masing-masing
induvidu atau kelompok misalnya adanya perbedaan antara tujuan, kompetisi atau
persaingan, sehingga bisa terjadi kenakalan remaja yang akan mengakibatkan
tauran kaum muda.[22]
Dalam
contoh lain maraknya aksi tawuran pelajar, sebanyak 339 khasus selama tahun
2011 yang mengakibatkan korban jiwa hingga 82 orang, karena berbagai upaya
pencegahan belum didasari penyelesaian dari akar masalah. Dibutuhkan upaya
menyeluruh dan berkelanjutan untuk menyelesaikan tawuran.
Khusus
yang dipeperkan komisi nasional perlindungan anak (komnas PA) memberikan
gambaran yang menghawatirkan. Khasus itu bukan hanya melonjak 260% dibandingkan
priode tahun 2011, melainkan juga kualitas dan korban jiwa yang meninggal
akibat tuaran itu naik hingga 100%.
Oleh sebab itu,
untuk mengatasinya perlu upaya menyeluruh sejak dari akar masalahnya. Menurut
pemerhati pendiikan, Arif Rachman, identifikasi mereka yang kerap kali menjadi
pemici tawuran. Apabila sudah ditemukan bicarakan dengan orang tuanya.
Pada saat yang
bersamaan orang tua melakukan komunikasi aktif dua arah sehingga mereka bisa
mengenali karakter dan aktifitas anak dengan baik. Dengan demikian, langkah
pencegahan bisa dilakukan dan anak tidak tergelincir kearah yang membahayakan.[23]
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Dalam kehidupan
sehari-hari tentunya tidak terlepas dari berbagai pergaulan-pergaulan yang baik
maupun buruk, terutama bagi anak remaja. Di era globalisasi seperti sekarang
ini banyak perilaku-perilaku anak remaja yang menyimpang dan bisa jadi
merugikan massyarakat diantaranya, tawuran, perkelahian dan sebagainya. Namun
didalam itu semua kita sebagai masyarakat kita bisa mengatasi kenakalan remaja
terutama dalam keluarga, karena keluargalah yang sangat berperan dalam
menanggulangi kenakalan remaja.
1.2
Saran
Sebagai orang
tua kita harus mengawasi tingkah laku anak mulai dari sejak dini, Karena jika
tidak anak tersebut visa terpengaruh dengan pergaulan luar dan bisa menjadi
anak yang tidak baik/nakal.
[1] Drs. Sudarsono S.H, Kenakalan Remaja, (Jakarta, PT. Rinika
Cipta,1997),hal.10.
[2] Drs. Sudarsono S.H, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja,
(Jakarta, PT. Rinika Cipta,1997),hal.5.
[3] Ibid, hal .5.
[4] Loc. Cit, hal. 11.
[5] Ibid,hal. 12.
[6] Ibid, hal. 12-13.
[7] Ibid, hal. 14.
[8] Ibid, hal. 14-15.
[9] Loc. Cit, hal. 11.
[10] Ibid, hal.11.
[11] Ibid, hal.12.
[12] Ibid, hal. 13
[13] Ibid, hal. 13-14.
[14] Ibid, hal. 15.
[15] http.//www.
Perkuliahan. Cam/ factor-faktor-yang-mempengaruhi-kenakalan-remaja/ #1XZZZ hup
sgogt.
[16] Ibid, http.
[17] Op. Cit, kenakalan
remaja, hal. 133.
[18] Ibid, hal. 15.
[19] Depertemen Agama RI,
Al-quran Terjemah, (bandung: CV. Penerbit J-ART,2002), hal.457.
[20] Ibid, hal.458.
[21] Loc. Cit, hal. 133
[22] Fitri Wulandari,
Sosiologi SMA/ MA, (Jawa Tengah:Viva Pakarindu,2006),hal. 33.
[23] Ibid, hal. 39.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar