B.C.
Ekosistem
pertanian ( agroekosistem )
Secara garis besar, biosfer tersusun atas dua jenis ekosistem,
yaitu ekosistem darat dan ekosistem perairan. Berikut ini akan di uraikan jenis
– jenis ekosistem:
a.
Ekositem
darat
Ekosistem darat adalah ekositem yang wilayahnya berupa daratan. Ekosistem darat
pada wilayahnya luas mempunyai vegetasi dominan di sebut bioma. Penyebaran
jenis – jenis bioma di pengaruhi oleh kondisi iklim. Adapun iklim suatu bioma
do pengaruhi oleh letak geografisna, yaitu jarak suatu wilayah dari
khatulistiwa ( lintang ) atau ketinggian dari permukaan laut. Berdasarkan letak
geografisnya, bioma di kelompokkan menjadi beberapa bioma sebagai berikut :
1.
Gurun
Daerah gurun mempunyai tingkat kekeringan sangat tinggi. Gurun
umumnya terdapat di daerah tropika, yaitu sekitar 20 – 30 ® lintang utara dan
lintang selatan. Bioma gurun memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1) Tanahnya gersang
2) Curah hujan rendah ( kurang dari 25 cm per tahun )
3) Suhu pada siang hari dapat mencapai 45 ® C sehingga penguapan
tinggi.
4) Suhu pada malam hari dapat mencapai 0 ® C.
Bioma gurun di dominasi oleh tumbuhan yang mampu ber adabtasi pada
kondisi lingkungan yang kering, misalnya kaktus. Bentuk adaptasi tumbuhan
tersebut, antara lain
memiliki lapisan lilin yang tebal, daunnya seperti duri, akarnya
panjang, dan memiliki jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun
aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari biasanya bersembunyi di lubang
– lubang untuk menghindari
panasnya cahaya matahari. Adapun hewan yang hidup di gurun antara
lain : ular, unta, kadal, tikus dan serangga.
2.
Padang
rumput
Padang rumput terdapat di daerah tropika sampai subtropika. Wilayah
padang rumput, antara lain terdapat di amerika utara, rusia, dan afrika selatan.
Di Indonesia, padang rumput pegunungan terdapat di Irian Jaya. Padang rumput
mempunyai ciri – ciri yang berbeda dengan gurun. Berikut ini ciri – ciri bioma
padang rumput :
1) Curah hujan kurang lebih 25 – 30 cm per tahun dan hujan turun
tidak teratur.
2) Suhu rata – rata 18 – 30 ® C.
3) Peresapan air ( porositas ) tinggi dan aliran air ( drainase )
cepat.
Tunbuhan yang mendominasi bioma padang rumput meliputi rerumputan
dan herba. Rumput yang di daerah kering berukuran pendek, sedangkan rumput di daerah yang relatif basah, seperti
di Amerika Utara berukuran tinggi – tinggi, bahkan ada yang mencapai 3 m. Hewan
yang hidup di padang rumput, antara lain bison, zebra, sing, anjing liar,
serigala, kelinci, serangga, tikus, kanguru, burung dan ular.
3.
Sabana
Sabana terdapat di daerah sekitar khatulistiwa. Bioma ini mirip
dengan bioma padang rumput, namun curah hujannya lebih tinggi dari pada biom
padang rumput, yaitu sekitar 90 – 150 cm per tahun. Tumbuhan yang mendominasi
sabana berupa rumput dan pohon – pohon yang tumbuh menyebar,. Hewan yang hidup
di sabana, antara lain gajah, jerapah, zebra, singa dan berbagai serangga.
4.
Hutan
hujan tropis / hutan basah
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropika hingga subtropika.
Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan tinggi, yaitu 200 – 225 cm per tahun.
2) Suhu sepanjang hari rata – rata sekitr 25 ® C.
3) Kelembapannya sangat tinggi karena hanya sedikit cahaya matahari
yang mencapai lantai hutan.
Tumbuhan yang hidup di hutan tropis sangat beraneka ragam.
Tingginya mencapai 20 – 40 m dan berdaun lebat hingga membentuk tudung ( kanopi
). Tumbuhan yang hasdi bioma ini adalah liana dan epifit. Liana adalah kelompok
tumbuhan yang hidup merambat, seperti rotan. Epifit adalah kelompok tumbuhan
yang hidup menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan tumbuhan yang di
tempeli, seperti anggrek, liken, paku – pakuan, dan sirih – sirian. Adapun
hewan yang hidup di hutan hujan tropis adalah kera, harimau, gajah, burung dan
serangga.
5.
Hutan
gugur
Hutan gugur terdapat di sekitar
daerah subtropika yang mengalami pergantian musim panas dan dingin.
Selain itu, hutan gugur terdapat di daerah tropika. Bioma ini mempunyai ciri –
ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan sedang, yaitu 75 – 150 cm per tahun dan merata
sepanjang tahun.
2) Mengalami empat musim, yaitu dingin, semi, panas, dan gugur.
3) Pohon menggugurkan daunnya pada musim dingin.
Tumbuhan yang hidup di hutan gugur, antara lain pinus, maple, elm,
dan birkin. Adapun contoh hewan yang menghuni hutan gugur adalah rusa, musang,
salamander, beruang, burung, rakun dan mamalia besar.
6.
Taiga
Taiga terdapat di daerah subtropika utara hingga kutub utara. Tiaga
sering di sebut boreal atau hutan berdaun jarum ( konifer ). Berikut ciri
- ciri taiga :
1) Curah hujan antara 50 125 cm per tahun.
2) Musim dingin waktunya panjang, sedangkan musim panas waktunya
pendek.
3) Suhu pada musim dingin sangat rendah.
4) Hujan turun hanya pada musim panas.
Berbagai macam tumbuhan yang hidup di taiga, meliputi pohon pinus,
pohon cemara, pohon juniper ( juniperus ), spruces, betula ( birch ), dan alder
( alnus ). Pada musim panas, masa pertumbuhan tumbuhan hanya berlangsung antara
3 – 6 bulan. Adapun hewan yang hidup di bioma ini, antara lain rusa besar, beruang hitam, tikus, tupai, burung gagak
hitam dan serigala.
7.
Tundra
Tundra hanya terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
lingkungan kutub utara. Tundra di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tundra
artik dan tundra alpen. Tundra artik terdapat di dekat kutub utara. Adapun
tundra alpen terdapat di puncak – puncak gunung tingg, misalnya puncak gunung
Jaya wijaya Irian Jaya. Bioma ini mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Curah hujan kurang dari 25 cm per tahun.
2) Ber iklim kutub dengan musim dingin yang panjang serta gelap.
Tumbuha yang hidup di tundra berupa tumbuhan semusim dan tumbuhan
menahun. Tumbuhan semusim mempunyai masa pertumbuhan sangat pendek, warna
bunganya mencolok, dan mampu ber adaptasi dengan musim dingin. Adapun tumbuhan
menahun biasanya pendek seperti semak. Tumbuhan yang paling banyak di jumpai
pada bioma ini adalah lumut dari jenis sphagnum dan liken. Hewan yang hidup
menetap di tundra, meliputi serangga, burung, mamlia, serta herbivora besar,
seperti musnox dan reider. Burung dan mamalia memiliki bulu yang tebal. Apabila
musim dingin, bulunya menjadi putih.
b.
Ekositem
perairan ( akuatik )
Lingkungan
perairan ini sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan daratan dan memegang
peranan dalam siklus materi kimia. Oleh karena itu, kita perlu memahami
ekosistem perairan yang meliputi interaksi antara lingkungan perairan dengan
organisme
yang
hidup di dalamnya.
1.
Ekosistem
air tawar
Ekosistem air tawar memiliki ciri – ciri, antara lain mempunyai
kadar garam ( salinitas ) rendah, variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya
kurang, serta di pengaruhi oleh iklim dan cuaca. Berbagai jenis ganggang dab
beberapa jenis tumbuhan berbiji terdapat pada ekosistem ini. Adapun hewan yang
terdapat dalam ekosistem air tawar sangat bervariasi, dari hewan tingkat rendah
hingga tingkat tinggi. Organisme – organisme yang hidup pada ekosistem air
tawar mempunyai cara hidup yang berbeda – beda. Berdasarkan cara hidupnya,
organisme air tawar dapat di bedakan menjadi lima, yaitu plankton, nekton,
neuston, perifiton, dan bentos.
a) Plankton merupakan organisme yang hidup melayang – layang dalam
air dan bergerak mengikuti arus air atau naik turun tergantung dari intensitas
cahaya. Plankton di bedakan menjadi 2, yaitu : filoplankton dan zooplankton.
Filoplankton adalah plankton yang mampu menyintesis makanannya sendiri (
autotrof ), sedangkan zooplankton adalah plankton yang memiliki sifat – sifat
seperti hewan ( heterotroph ).
b) Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak bebas secara
aktif dalam perairan tanpa di pengaruhi lingkungan. Beberapa anggota nekton
adalah ikan, cumi – cumi, dan Aurelia.
c) Neutson merupakan organisme yang hidup dengan cara mengapung
atau berenang pada permukaan air, misalnya : serangga air.
d) Perifiton merupakan organisme yang hidup dengan cara melekat
pada tumbuhan atau pada benda lain, misalnya keong.
e) Bentos merupakan organisme yang hidup dengan cara melekat (
sessil ) atau bergerak bebas dengan merangkak atau melata di dasar perairan.
Anggota bentos antara lain cacing, remis dan udang.
Ekosistem
air tawar di golongkan menjadi 2 macam, yaitu ekosistem air tawar lentik dan
ekosistem lotik. Berikut akan di uraikan secara rinci mengenai penggolongan
ekosistem air tawar.
a.
Ekosistem
air tawar lentik ( ekosistem perairan menggenang )
Ekosistem air tawar lentik di cirikan dengan kondisi airnya yang
tenang dan tidak ber arus. Contoh ekosistem ini adalah danau, kolam, rawa
gambut dan rawa air tawar. Namun, pada bagian ini saya hanya mau membahas
danau. Danau merupakan ekosistem air tawar yang mempunyai badan air menggenang
dan luas. Danau yang baru terbentuk
umumnya terbentuk mengandung sedikit nutrient sehingga sedikit pula organisme
yang hidup di dalamnya.
Danau ini di namakan danau oligotrofik. Secara bertahap nutrien
masuk ke danau. Nutrien tersebut dapat berasal dari debu yang jatuh ke atmosfer
serta nutrien yang terlarut dalam air sungai dan air hujan. Selain itu, nutrien
yang masuk ke danau berasal dari limbah industri dan limbah pertanian.
Penimbunan nutrien ini menyebabkan eutrofikasi dan pendangkalan danau sehingga
danau berubah menjadi danau eutrofik. Eutrofikasi atau blooming adalah
penimbunan senyawa – senyawa tertentu sehingga mempercepat pertumbuhan
ganggang. Peningkatan populasi ganggang di sebabkan adanya zat makan yang
tersedia melimpah. Apabila ganggang tersebut mati, tubuhnya di uraikan oleh
pengurai. Pengurai tersebut membutuhkan banyak oksigen sehingga oksigen yang
terlarut di dalam air menjadi berkurang. Akibatnya, organisme yang berada dalam
air banyak yang mati.
b.
Ekosistem
air tawar lotik ( ekosistem perairan mengalir )
Ekosistem air tawar loti mempunyai ciri airnya mengalir atau
berarus. Organisme yang hidup pada ekosistem ini memiliki alat khusus yang di
gunakan untuk menyesuaikan diri pada arus air. Hewan yang menghuni ekosistem
air tawar lotik, antara lain ikan mujair, ikan tawes, ikan gurami, dan serangga
air. Adapun contoh tumbuhan yang hidup di daerah ini adalah ganggang yang
menempel pada akar tanaman dan batuan. Salah asatu contoh ekosistem air tawar
lotik adalah sungai. Sungai mempunyai aliran ke satua arah . Kondisi air sungai yang mengalir deras
menyebabkan plankton akan terbawa arus dan tidak mendukung keberadaan plankton
untuk berdiam diri.
Organisme sungai yang tidak arus sudah mengalami adaptasi
evolusioner. Misalnya, tumbuhan dilengkapi akar atau alat semacam akar ayang di
gunakan untuk melekat di dasar perairan, sedangkan hewan memiliki otot pelekat
yang kuat sehingga dapat hidup sebagai nekton bentos.
2.
Ekositem
air laut
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kelautan sudah makin pesat.
Awalnya, pengamatan lautan hanya terbatas pada permukaan dan di pantai. Akan
tetapi, saat ini manusia sudah berhasil menembus bagian dalam lautan dan dapat
hidup serta bekerja di bawah permukaan laut. Dengan demikian, objek yang di
pelajari makin luas, baik komponen abiotik maupun komponen biotik penyusun
ekosistem air laut dan interaksi antara kedua komponen. Ekosistem air laut di
pengaruhi oleh beberapa komponen abiotik. Komponen - komponen abiotik tersebut
adalah kadar garam, suhu, cahaya matahari dan arus air laut.
Aplikasi pestisida yang benar merupakan kunci keberhasilan
pengendalian organisme pengganggu tanaman ( OPT ). Secara sederhana, aplikasi
pestisida dapat di artikan sebagai proses menyampaikan pestisida kepada
sasaran. Aplikasi pestisida berkisar dari yang paling sederhana, misalnya
menempatkan zat penarik (attractant ) atau zat penghalau ( repellent )
serangga, sampai menyemprotkan pestisida dengan alat aplikasi yang mahal. Pemakaian
pestisida harus dilakukan seefisiensi mungkin. Perawatan dan kebersihan alat
sebelum, selama, dan sesudah aplikasi juga ikut meningkatkan efisiensi karena
dapat membantu memperkecil masalah yang di alami oleh pekerja saat aplikasi dan
meningkatkan keawetan pompa dan alat semprot.
Pestisida adalah kelompok bahan kimia racun yang mampu membunuh
serangga ( insektisida ), tungau dan campak ( akarisida ), nematode ( nematisida
), jamur ( fungisida ), mamalia pengerat ( rodentisida ), dan tumbuhan penggang
( herbisida ). Penggunaan pestisida terlalu tinggi menyebabkan penurunan kualitas
lahan dan menyebabkan terancamnya kehidupan organisme pada ekosistem tersebut.
Hal ini akan mengakibatkan rusaknya keanekaragaman hayati, sedangkan penggunaan
pestisida terlalu rendah juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis
dalam tubuh serangga, seperti terjadinya resistensi serangga terhadap
pestisida, resurjensi hama, dan menyebabkan kemandulan.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan
pestisida merupakan penyebab utama rusaknya hutan – hutan yang ada di Asia
Tenggara, Eropa Tengah, dan Eropa Timur. Dan penggnaan bahan – bahan radioaktif
yang tidak tepat dapat merugikan kehidupan. Bahan radioaktif memancarkan sinar
yang di sebut radiasi pengion. Radiasi tersebut dapat merusak sel atau jaringan
makhluk hidup sehingga terjadi mutasi terhadap individu yang terkena radiasi.
Selain itu, kerusakan pada
sel gamet akan menghasilkan keturunan yang bersifat letal ( mati ) sehingga
keanekaragaman hayati berkurang. Untuk mengurangi efek samping perlu di ketahui
asal usul kimia, daya kerja pestisida dan toksisisnya terhadap serangga dan
binatang lain ( Sutarmihardja, 1977 ). Sukses pengendalian hama di tentukan
oleh jenis dan dosis, saat dan cara aplikasi insektisida tanpa mengabaikan faktor
lingkungan. Sebaiknya, penggunaan insektisida hanya di lakukan jika perlu, dan
pada saat populasi hama melewati ambang
ekonomi ( kepadatan tertinggi populasi hama yang menentukan di mulainya
pengendalian untuk menghindari agar tidak mencapai tingkat kerusakan ekonomi
). Dalam pengendalian secara kimiawi,
keberhasilan pengendalian hama di tentukan oleh jenis, dosis, waktu dan cra
aplikasi pestisida, tanpa mengabaikan faktor
lingkungan.
Cara penggunaan pestisida
tergantung pada formulasi, hama tanaman dan keadaan setempat. Cara penggunaan
pestisida yang bisa di lakukan di lapang sebagai berikut :
1)
Penyemprotan.
2)
Pengabutan.
3)
Pengembusan.
4)
Penebaran.
5)
Fumigasi.
Faktor
– faktor yang perlu di perhatikan dalam aplikasi pestisida sebagai berikut :
1)
Volume
semprot ( adukan jadi )
2)
Konsentrasi
3)
Dosis
4)
Peliputan
( coverage )
5)
Kalibrasi
6)
Waktu
pemberiaan pestisida yang tepat
7)
Label
pestisida
8)
Daya
racun pestisida